Delapan tahun setelah menjalankan bisnis yang bermodalkan kejujuran dan keinginan solusi, bisnis Diajeng Lestari kini sudah memiliki omzet miliaran rupiah. Poin utama: Diajeng Lestari berbekal kejujuran dan mimpi dalam membangun HIJUP Menjadi entrepreneur, kata Diajeng, bisa dimulai dari titik mana saja, bahkan dimulai dengan menjadi pegawai Diajeng mendapat dukungan sang suami, CEO Bukalapak -Achmad Zaky -ketika pertama membangun HIJUP

BACA JUGA: Bagaimana Muslim di Australia Memilih Saat Makin Banyak Partai Islamofobia?

Tapi satu yang tidak berubah dari bisnisnya, yakni mempertahankan kunci kesuksesan yang sama: ia jujur pada keinginannya sendiri untuk menjadi seorang entrepreneur.

"Kita misalnya punya cita-cita untuk jadi entrepreneur. Ketika mengalami hambatan, itu sebenarnya kita lagi diuji kejujurannya. Bener enggak pengen jadi entrepreneur?"

BACA JUGA: Mantan PM Australia Bob Hawke Meninggal Dunia Pada Usia 89 Tahun

External Link: Diajeng Lestari

Awalnya, Ajeng, sapaan akrab CEO muda ini, hanya ingin membuat pilihan busana bagi Muslimah berhijab lebih beragam dan mudah dicari, sesuai dengan pengalamannya sendiri.

BACA JUGA: Beredar Rekaman Percakapan Pilot Pertanyakan Boeing Soal Sistem MCAS

Kini, bisnis marketplace fesyen Muslim yang dirintisnya, HIJUP, telah menggandeng ratusan mitra lokal di Indonesia, serta di Asia Tenggara, yakni dengan Malaysia.

HIJUP lewat portal hijup.com juga telah menembus pasar dunia dan memiliki pelanggan dari berbagai negara.

Awal 2018 lalu, Ajeng sukses membawa HIJUP melenggang di panggung London Fashion Week, sebagai brand Muslim ternama dari Indonesia.

Menurutnya motivasi menjadi hal yang paling penting untuk menjadi seorang pengusaha muda, karena hal itulah yang menjadi bahan bakar untuk membuktikan bahwa seseorang benar-benar ingin terjun ke dunia bisnis.

Latar belakang keluarga Ajeng yang bergerak di bidang kewirausahaan menjadikan salah satu pilar, saat ibu dua anak ini menghadapi batu sandungan di tengah upaya menjalankan bisnis.

"Jadi karena dari kecil sudah sering lihat gimana prosesnya entrepreneurship itu, sering diajak ke kantor, sering diajak jualan, sering diajak kemana-mana, jadi bisa dibilang ikut merasakan seperti apa sih dinamisnya kehidupan entrepreneur itu," ujarnya yang kini memiliki seratus staf.Perlunya punya Mimpi

Selain kejujuran, seorang entrepreneur juga menurutnya harus bermimpi setinggi mungkin dan berusaha menggapai mimpi itu.

"Ketika kita punya harapan, punya mimpi, itu sudah menjadi bagian dari percikan api yang harus dirawat dan bisa jadi itu akan membesar nantinya."

"Semakin ke atas tantangannya nanti semakin besar tapi kita justru harus menguatkan hal yang pertama tadi, kejujuran terhadap mimpi kita sendiri," kata alumnus Universitas Indonesia tersebut.

Tapi dari pengalamannya, tiap-tiap orang memiliki jalan berbeda untuk dapat mewujudkan mimpinya.

Ajeng sempat berkarir sebagai karyawan di sebuah perusahaan sebelum akhirnya terjun secara penuh di bisnis.

"Mungkin ada baiknya cari pengalaman dulu, mungkin juga bisa kerja dulu. Jadi proses menjadi entrepreneur itu enggak mesti lulus kuliah jadi entrepreneur."

"Memang tiap orang punya jalan hidup yang beda-beda, punya bakat yang berbeda-beda dan harus diarahkan sesuai bakat minat masing-masing. Dan prosesnya memang tiap orang itu unik."Didukung oleh pasangan External Link: Diajeng Lestari

Saat merintis bisnisnya, Ajeng tentu mendapat dukungan penuh dari suaminya, Ahmad Zaky, CEO Bukalapak.

Di awal berdirinya HIJUP, sang suamilah yang membantu untuk urusan pengembangan portal dan tetek-bengek digital.

Memiliki pasangan yang sama-sama entrepreneur juga membuat keduanya saling berbagi hal-hal yang baru.

"Menurut saya jadi sinergis juga, karena Bukalapak segmennya beda sama HIJUP, jadi kita juga bisa saling berbagi best practice," akunya.

Padahal di awal menikah, keduanya sama-sama belum tahu akan mendirikan dua start-up itu.

Tapi baginya, belajar adalah proses wajib untuk semua manusia, apalagi jika dikaitkan dengan ajaran agama yang juga menjadi sebuah kewajiban.

Namun menurutnya kontribusi seorang Muslim kepada masyarakat dan lingkungan tak harus dilakukan lewat berwirausaha.

"Nah dalam konteks berkontribusi kepada masyarakat, itu hal yang bisa dibilang ibadah tambahan. Dalam konteks ini tergantung urgensi masing-masing."

"Dalam konteks saya, dalam konteks HIJUP, waktu itu kan hijup e-commerce pertama di dunia untuk fashion Muslim, yang sebelumnya memang enggak ada, jadi ya dibuat."

Ikuti berita -berita lainnya di situs ABC Indonesia.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawa Handuk Ekstra: Hotel Bintang Lima Tak Dijamin Bersih dan Higienis

Berita Terkait