jpnn.com, YOGYAKARTA - Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menegaskan dialog dan musyawarah harus menjadi jalan utama dalam menyelesaikan konflik dan perbedaan. Cara-cara demonstrasi yang membabi buta dan kekerasan tidak boleh lagi dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
“Kendati kebebasan dijamin oleh konstitusi, tetapi tidak boleh kebebasan itu bertentangan dengan hukum. Dahulukan cara dialog dan musyawarah dalam menyelesaikan masalah. Kalau tidak bisa juga, biarkan hukum menjadi jalan terakhir. Disitulah sejatinya kehidupan demokrasi yang berkeadaban,” tutur Bamsoet saat orasi politik di Milad Akbar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) ke-54 di Jogjakarta, Rabu (14/3) malam.
BACA JUGA: RI Telah Merumuskan Strategi Peningkatan Peran Perempuan
Hadir dalam acara ini Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali Taher, Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Gunawan Budiyanto serta perwakilan IMM dari sejumlah wilayah di Indonesia.
Pada kesempatan itu, Bamsoet mengingatkan agar semua pihak mewaspadai munculnya paham dan ajaran yang ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain. Semisal, munculnya ideologi khilafah atau ancaman bangkitnya kembali ideologi komunisme. Negara Pancasila adalah bentuk ideal dan sudah final bagi bangsa Indonesia.
BACA JUGA: BPIH Naik 0,9%, DPR Minta Pelayanan Haji Harus Ditingkatkan
“Jika taruhannya adalah ideologi Pancasila, tegaknya NKRI serta persatuan dan kesatuan bangsa, maka tidak boleh ada keraguan sedikitpun untuk menyatakan sikap dengan tegas. Ideologi Pancasila harga mati. Karena itu harus kita jaga dan kita pertahankan, walaupun dengan pengorbanan jiwa dan raga,” tegas Bamsoet.
Politikus Partai Golkar ini juga mengungkap terjadinya polarisasi dan fragmentasi di masyarakat sebagai dampak dari pertarungan dalam Pilkada. Munculnya politik identitas dengan menggunakan isu SARA dapat mengancam keutuhan bangsa.
BACA JUGA: Holding Migas BUMN Terburu-Buru
“Pembangunan tidak boleh dibebani oleh masalah-masalah politik serta isu SARA yang tidak produktif. Apalagi, sampai mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Politik jaman now harus jauh dari penggunaan isu-isu SARA yang jelas hanya akan memecah belah persatuan bangsa,” kata Bamsoet.
Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini juga mengajak semua pihak untuk berjuang bersama mengatasi kesenjangan sosial yang masih terjadi di masyarakat. Pemerintah sudah bekerja keras menurunkan angka gini ratio dari 0,41 menjadi 0,38. Tetapi, kesenjangan sosial dan ekonomi masih tetap ada di masyarakat.
“Kita harus berjuang untuk mengubah nasib 27 juta lebih saudara-saudara kita yang masih hidup di bawah garis kemiskinan. Kebijakan ekonomi berkeadilan harus kita dorong, program redistribusi aset harus kita jalankan. Demikian pula pemberdayaan UMKM dan pengentasan kemiskinan harus kita sukseskan. IMM bersama organisasi kemahasiswaan yang lain harus hadir untuk memberi solusi,” tegas Bamsoet.
Bamsoet meminta IMM menjadi tenda besar bagi kemajemukan kaum muda Indonesia. IMM harus menjadi pionir terdepan di kalangan generasi muda untuk merangkul semua kelompok, golongan, etnis dan agama. IMM juga harus mampu membangun kehidupan berbangsa yang sejuk dan damai.
“Mari kita perkuat kembali sendi-sendi kebangsaan, membangun solidaritas dan kebersamaan sebagai bangsa. Kita harus tempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan golongan. Kita adalah Indonesia,” pungkas Bamsoet.
Diakhir sambutan tak lupa Bamsoet menghadiahkan pantun kepada IMM. "Mahasiswi cantik beli kuini, Kuini dibeli ditengah pasar, Dari Jauh saya datang kesini, Karena IMM rayakan Milad Akbar. Makan sayur dengan ketupat, Minum teh seribu bunga, IMM menjadi kekuatan perekat, Untuk perkuat persatuan bangsa," tutur Bamsoet sembari melempar senyum.(adv/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Berharap Tak Ada Perppu MD3
Redaktur : Tim Redaksi