JAKARTA - Mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat untuk Keadilan (Gerak) Indonesia menolak pencalonan Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Bayuseno sebagai pengganti Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Penolakan itu diwujudkan dalam bentuk aksi di Mabes Polri, Jumat (28/6).
Koordinator Aksi Gerak Indonesia, Teddy mengatakan penolakan itu didasari atas tindakan represif pihak kepolisian dibawah komando Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Bayuseno dalam menjaga demonstrasi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pekan lalu. Kata dia, tindakan represif itu merupakan bukti
"Apa yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mengamankan para demonstran kemarin jelas telah mencederai demokrasi. Kami meminta Irjen Putut Bayuseno untuk dicopot dari jabatannya," kata Kordinator Aksi, Teddy saat orasi, Jumat (28/6).
Tidak hanya itu, Teddy juga mengatakan berbagai jabatan startegis yang diperoleh Putut selama ini diduga ada kaitannya, sosok Putut dekat dengan Cikeas. Karena pernah menjabat sebagai ajudan Presiden SBY pada tahun 2004-2009.
"Dia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Banten, Kapolda Jawa Barat, Wakapolda Metro Jaya dalam waktu yang relatif singkat, karena adanya indikasi dekat dengan keluarga Cikeas," katanya.
Makanya, Teddy tegas menyatakan menolak pencalonan Putut Bayuseno sebagai Kapolri. "Kami menolak Irjen Putut Bayuseno menjadi salah satu kandidat Kapolri, kami menginginkan komando kepolisian yang benar-benar dipegang oleh perwira polisi yang memiliki prestasi serta dengan masyarakat Indonesia, bukan kedekatan dengan penguasa, Kompolnas harus membatalkan itu," tandasnya.
Dalam aksinya massa Gerak Indonesia ini membawa spanduk bertuliskan Kapolri harus mencopot Irjen Putut Bayuseno sebagai Kapolda Metro Jaya dan menolak sebagai calon Kapolri. (awa/jpnn)
Koordinator Aksi Gerak Indonesia, Teddy mengatakan penolakan itu didasari atas tindakan represif pihak kepolisian dibawah komando Kapolda Metro Jaya, Irjen Putut Bayuseno dalam menjaga demonstrasi penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pekan lalu. Kata dia, tindakan represif itu merupakan bukti
"Apa yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mengamankan para demonstran kemarin jelas telah mencederai demokrasi. Kami meminta Irjen Putut Bayuseno untuk dicopot dari jabatannya," kata Kordinator Aksi, Teddy saat orasi, Jumat (28/6).
Tidak hanya itu, Teddy juga mengatakan berbagai jabatan startegis yang diperoleh Putut selama ini diduga ada kaitannya, sosok Putut dekat dengan Cikeas. Karena pernah menjabat sebagai ajudan Presiden SBY pada tahun 2004-2009.
"Dia juga pernah menjabat sebagai Kapolda Banten, Kapolda Jawa Barat, Wakapolda Metro Jaya dalam waktu yang relatif singkat, karena adanya indikasi dekat dengan keluarga Cikeas," katanya.
Makanya, Teddy tegas menyatakan menolak pencalonan Putut Bayuseno sebagai Kapolri. "Kami menolak Irjen Putut Bayuseno menjadi salah satu kandidat Kapolri, kami menginginkan komando kepolisian yang benar-benar dipegang oleh perwira polisi yang memiliki prestasi serta dengan masyarakat Indonesia, bukan kedekatan dengan penguasa, Kompolnas harus membatalkan itu," tandasnya.
Dalam aksinya massa Gerak Indonesia ini membawa spanduk bertuliskan Kapolri harus mencopot Irjen Putut Bayuseno sebagai Kapolda Metro Jaya dan menolak sebagai calon Kapolri. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mabes Polri Enggan Spekulasi Terorisme
Redaktur : Tim Redaksi