JAKARTA - Indonesia akan menjadi salah satu dari 35 negara yang menerima penghargaan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agricultural Organization, FAO) pertengahan Juni mendatang. Direktur Jenderal FAO Jose Graziano Da Silva mengatakan, penghargaan itu diberikan kepada Indonesia atas keberhasilan sebagian target Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals, MDG) lebih awal dari waktunya.
“Indonesia dianggap berhasil mengurangi jumlah populasi penduduk kekurangan gizi yang mencapai 20 persen pada 1999 hingga di tingkat kurang dari 9 persen tahun ini. Selain itu Indonesia juga dianggap berhasil mengkombinasikan program peningkatan produksi makanan dan pemberian proteksi sosial kepada yang mereka membutuhkan sekaligus,” kata Da Silva seperti yang dilansir dari situs resmi www.setkab.go.id, Selasa, (28/5).
Kehadiran Da Silva di Jakarta antara lain dalam rangka menyampaikan undangan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono agar perwakilan dari Indonesia bisa menerima penghargaan tersebut di kantor pusat FAO di Roma, Italia.
Menurut Da Silva, prestasi Indonesia dan ke-34 negara tesebut dilakukan sebelum target MDG yang ditetapkan bersama yakni 2015. “Indonesia adalah kisah sukses dimana bukan saja jumlah pangan ditingkatkan, tapi juga akses terhadap pangan,” katanya.
Dalam penghargaan itu, Indonesia juga diundang untuk berbagi kisah sukses tersebut kepada negara-negara lain dalam sesi pembicaraan yang akan digelar bersamaan di Roma nanti.
Sementara itu, Wapres Boediono menyambut baik kehadiran Da Silva. FAO, menurutnya, telah lama berada di Indonesia dan ia menyambut baik kerjasama lebih lanjut dan lebih erat dengan FAO, terutama masalah ketahanan pangan.
Dalam isu tersebut, yang penting bukan saja ketersediaan pangan tapi juga keanekaragaman pangan. Wapres memandang tanah air Indonesia sangat potensial untuk memasok kebutuhan ketersediaan pangan dalam negeri dan bahkan membantu memasok kebutuhan dunia. Namun untuk melakukannya dibutuhkan dukungan tekhnologi, infrastruktur dan perumusan kebijakan yang tepat.
“Kerjasama dengan FAO akan sangat menguntungkan dimana kita bisa saling belajar memadukan dan memajukan itu semua,” kata Wapres Boediono.
Dalam hal proteksi sosial, Wapres mengatakan bahwa yang paling utama dipikirkan adalah bagaimana program-program perlindungan sosial diberikan dalam konsep keberlanjutan. Sehingga, proteksi yang diberikan tak saja menjadi pelindung pada suatu masa tapi juga meningkatkan kapasitas yang dibantu dalam jangka panjang. (flo/jpnn)
“Indonesia dianggap berhasil mengurangi jumlah populasi penduduk kekurangan gizi yang mencapai 20 persen pada 1999 hingga di tingkat kurang dari 9 persen tahun ini. Selain itu Indonesia juga dianggap berhasil mengkombinasikan program peningkatan produksi makanan dan pemberian proteksi sosial kepada yang mereka membutuhkan sekaligus,” kata Da Silva seperti yang dilansir dari situs resmi www.setkab.go.id, Selasa, (28/5).
Kehadiran Da Silva di Jakarta antara lain dalam rangka menyampaikan undangan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono agar perwakilan dari Indonesia bisa menerima penghargaan tersebut di kantor pusat FAO di Roma, Italia.
Menurut Da Silva, prestasi Indonesia dan ke-34 negara tesebut dilakukan sebelum target MDG yang ditetapkan bersama yakni 2015. “Indonesia adalah kisah sukses dimana bukan saja jumlah pangan ditingkatkan, tapi juga akses terhadap pangan,” katanya.
Dalam penghargaan itu, Indonesia juga diundang untuk berbagi kisah sukses tersebut kepada negara-negara lain dalam sesi pembicaraan yang akan digelar bersamaan di Roma nanti.
Sementara itu, Wapres Boediono menyambut baik kehadiran Da Silva. FAO, menurutnya, telah lama berada di Indonesia dan ia menyambut baik kerjasama lebih lanjut dan lebih erat dengan FAO, terutama masalah ketahanan pangan.
Dalam isu tersebut, yang penting bukan saja ketersediaan pangan tapi juga keanekaragaman pangan. Wapres memandang tanah air Indonesia sangat potensial untuk memasok kebutuhan ketersediaan pangan dalam negeri dan bahkan membantu memasok kebutuhan dunia. Namun untuk melakukannya dibutuhkan dukungan tekhnologi, infrastruktur dan perumusan kebijakan yang tepat.
“Kerjasama dengan FAO akan sangat menguntungkan dimana kita bisa saling belajar memadukan dan memajukan itu semua,” kata Wapres Boediono.
Dalam hal proteksi sosial, Wapres mengatakan bahwa yang paling utama dipikirkan adalah bagaimana program-program perlindungan sosial diberikan dalam konsep keberlanjutan. Sehingga, proteksi yang diberikan tak saja menjadi pelindung pada suatu masa tapi juga meningkatkan kapasitas yang dibantu dalam jangka panjang. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pertanyakan Data PPATK, Janji Beber Aliran Dana
Redaktur : Tim Redaksi