Dicaci-maki, Afriyani Menangis

Selasa, 12 Juni 2012 – 08:28 WIB

JAKARTA - Sidang kasus tabrakan "Xenia Maut" kembali digelar di Pengadilan Jakarta Pusat, Senin (11/6).  Majelis hakim menghadirkan saksi, Adistina, mahasiswi IKJ yang saat kejadian menjadi penumpang mobil yang dikemudikan terdakwa Afriyani. Dalam persidangan terungkap narkoba yang dipakai terdakwa dibeli secara patungan.

Dalam persidangan, hakim ketua Antonius mencecar saksi Adistina dengan pertanyaan asal muasal narkoba. "Siapa saja yang patungan beli inex?" tanya Antonius. Adis dengan menyebut nama Deny Mulyana, Ari Sendi, dan terdakwa Afriyani. "Patungan beli inex Rp 300 ribu," jawab Adis.

Jawaban nominal patungan tersebut masih dikejar hakim. "Tahu dari mana Rp 300 ribu? Apakah Saudara saksi lihat sendiri uangnya?" cecar Antonius. "Saya tidak lihat," jawab Adistina. Karena terus dikejar, gadis berambut sebahu ini gelagapan dan akhirnya terdiam.

Perempuan berwajah cantik ini mengaku banyak tidak tahu dan terlihat bingung. Dia juga mengaku keluar dari Diskotek Stadium bersama terdakwa dan teman-temannya.

Dia lalu masuk ke mobildan duduk di bangku bagian belakang mobil Xenia. "Kecepatan mobil yang disopiri Afriyani normal," katanya.

Namun, katanya, kecepatan normal tersebut bias dia ingat hanya sampai kawasan Harmoni. Setelah itu dia tertidur hingga memasuki Jalan Medan Merdeka. Tiba-tiba dia terbangun dan mendapati mobilnya dikerubungi banyak orang.

"Saya lihat banyak jenazah di jalan tapi tidak tahu jumlahnya. Lalu saya langsung dibawa ke kantor polisi," cerita Adistina.

Ketika giliran jaksa mencecar saksi, Adistina beberapa kali mengaku tidak tahu dan tidak melihat. Jawabannya yang terkean kebingungan tersebut rupanya membuat emosi keluarga korban yang banyak memadati ruang persidangan.

Banyak yang mencemooh dan memaki. Salah satunya yang tidak bisa mengendalikan emosi adalah adalah Ria, kakak korban M Akbar. "Nggak lihat, buta kali matanya. Adik gue sampai mati!" teriak Ria memecahkan ruangan. Dia berdiri dan memaki-maki saksi serta terdakwa.

Mendengar cacian tersebut, tiba-tiba Afriyani menangis sesenggukan. Airmatanya bercucuran. Dia berusaha mengeringkan matanya dengan tisu. Demi keamanan, usai persidangan petugas keamanan langsung mengevakuasi Afriyani menuju ruang tunggu supaya tidak bertemu dengan keluarga korban.

Saat itulah, emosi para keluarga korban semakin meninggi. Ria yang sempat tenang kembali berteriak histeris. Orang-orang di dekatnya yang berusaha menenangkan tidak berdaya meredakan amukan emosinya. "Saya nggak punya orang tua, adik saya dibunuh dia, kalau dekat saya bunuh dia!" teriak. (dew)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hanya K1-K2 yang Diproses jadi CPNS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler