jpnn.com, MOSCOW - Kanselir Jerman Olaf Scholz dituduh bersikap lunak pada Rusia dalam menanggapi krisis Ukraina. Namun, dalam kunjungannya ke Kremlin pada Selasa (15/2) dia tak hanya menentang Presiden Vladimir Putin, tapi tampaknya juga menikmati penentangan itu.
Sejumlah pakar politik sebelumnya bertanya-tanya bagaimana Scholz yang santun akan melangkah ke "sarang singa".
BACA JUGA: Pejabat Prancis Bocorkan Isi Pembicaraan Macron dan Putin, Ternyata
Scholz mulai menjabat sebagai kanselir Jerman pada Desember 2021.
Para pejabat Rusia diketahui sering mengejek atau berusaha mengungguli para pejabat asing yang berkunjung dalam uji keberanian yang mereka rancang.
BACA JUGA: Xi Jinping Jamu 30 Kepala Negara di Beijing, Ada Pangeran Arab dan Vladimir Putin
Pada 2007, Putin membawa anjing Labrador hitamnya ke pertemuan dengan mantan Kanselir Jerman Angela Merkel meski telah diketahui secara luas bahwa Merkel takut pada anjing.
Dalam kunjungan sehari ke Moskow sebagai bagian dari diplomasi untuk mencegah invasi Rusia ke Ukraina, Scholz secara tak terduga bersikap agresif dalam konferensi pers bersama Putin sambil mempertahankan ciri khasnya yang tenang dan terukur.
BACA JUGA: Pernyataan Vladimir Putin Usai Bertemu Emmanuel Macron, Ada Perasaan Disepelekan
Ketika Putin mengkritik NATO dengan mengatakan bahwa Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu telah meluncurkan perang di Eropa dengan mengebom Yugoslavia pada 1999, Scholz membalas dengan mengatakan perang itu dilakukan untuk mencegah genosida. Dia merujuk pada penganiayaan etnis Albania di Kosovo.
Putin membalas pernyataan Scholz dengan mengatakan bahwa Rusia menganggap perlakuan terhadap etnis Rusia di wilayah Donbass di Ukraina timur sebagai genosida.
Dalam konferensi pers solo berikutnya, Scholz menyalahkan penggunaan kata "genosida" oleh Putin.
Scholz bahkan mengolok-olok ketakutan Vladimir Putin terhadap meluasnya pengaruh aliansi NATO ke Eropa timur. Dia mengatakan hal itu tidak ada dalam agenda NATO dalam waktu dekat dan selama Putin memimpin Rusia.
"Saya tidak tahu berapa lama presiden (Putin) berencana untuk tetap menjabat. Saya punya firasat ini bisa lama, tetapi tidak selamanya," kata Scholz sambil menyeringai ke arah Putin.
Beberapa analis memuji Scholz karena juga menyuarakan keprihatinan tentang masalah hak-hak sipil dan melakukan pertemuan dengan berbagai aktivis.
Ketika ditanya wartawan soal pertentangannya dengan Putin, Scholz tersenyum dan mengatakan hal itu memberi kesan tentang apa yang dibicarakan keduanya selama empat jam yang "intens".
Beberapa kritikus masih mengeluh bahwa Scholz telah menyerahkan terlalu banyak pengaruh untuk Rusia dengan meminimalkan kemungkinan Ukraina untuk mendapatkan keanggotaan NATO.
Namun, sikap Scholz yang lebih tegas dapat memulihkan kredibilitasnya sebagai salah satu pemain politik terkemuka di Eropa.
Presiden Prancis Emmanuel Macron belum lama ini memimpin pembahasan krisis Ukraina di Eropa dengan berkunjung ke Moskow meskipun dengan hasil yang beragam.
Pemimpin Prancis itu bahkan tidak mencoba membantah ketika Putin pekan lalu dalam konferensi pers bersama mempertanyakan klaim NATO sebagai aliansi defensif dengan menyebutkan tindakan-tindakan ofensif NATO di Irak, Libya, Afghanistan dan Serbia. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil