BOGOR- Diduga terimpit masalah ekonomi, Euis Supriatin (37), warga asli Garut, Kabupaten Garut, memilih bunuh diri. Ibu dua anak tersebut ditemukan dalam kondisi tak bernyawa, terdampar di antara bebatuan Sungai Ciliwung, tepatnya di Kampung Rambutan, RT 01/04, Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah, kemarin.
Mayat wanita berperawakan sedang berambut lurus sebahu tersebut ditemukan pertama kali sekitar pukul 05:30 oleh Amrizal (35) dan Ukat (40), warga sekitar. “Saya enggak tahu kalau itu orang. Saya kira cuma baju hanyut karena kondisi masih gelap,” ungkap Rizal.
Warga sekitar yang mengetahui informasi tersebut langsung menyerbu lokasi untuk mengecek dan memastikan apakah mengenali mayat tersebut. Tak lama berselang, aparat kepolisian datang ke lokasi untuk proses evakuasi. Berdasarkan identitas dan olah TKP, polisi mendapati korban dalam kondisi sudah tak bernyawa berbalut sweater merah, baju abu-abu dan jeans hitam. Beberapa anggota tubuh korban ditemukan banyak luka benturan. Pelipis kiri memar dan sobek, sedangkan pelipis kanan ditemukan benjolan bekas benturan benda keras.
Polisi sempat kesulitan mengenali identitas korban karena dalam pakaian korban tidak ditemukan kartu identitas. Warga sekitar yang berada di lokasi pun tidak mengenali wajah korban. Setelah pakaian korban digeledah, polisi menemukan sebuah handphone merek Tipon dan dua buah permen. Setelah dicek, polisi akhirnya berhasil mengungkap identitas dan asal muasal korban. “Kita hubungi satu per satu nomor yang ada. Dari situlah, identitas korban terungkap,” ungkap Kapolsek Bogor Tengah Kompol Victor Gatot HS kepada Radar Bogor, kemarin.
Diketahui, mayat wanita tersebut bernama Euis Supriatin (37), warga asli Garut, yang menetap bersama mertuanya di Kelurahan Ciparigi, Kecamatan Bogor Utara. Euis juga diketahui merupakan buruh pabrik garmen di Kedunghalang. “Penyebabnya masih kita selidiki. Dugaan sementara korban bunuh diri karena masalah ekonomi dengan sang suami,” lanjut Victor.
Hingga kini, pihak kepolisian masih menyelidiki penyebab kematian korban dengan meminta keterangan sejumlah saksi termasuk dua warga yang pertama kali menemukan mayat korban. Untuk pengembangan lebih lanjut, jenazah kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Polres Bogor Kota, Jalan Kapten Muslihat, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah.
Tak lama berselang, beberapa keluarga korban datang ke Mapolres Bogor Kota untuk menjemput jenazah Euis. Mereka meminta agar jenazah tidak diautopsi. Kendati demikian, pihak kepolisian tetap melakukan penyidikan terhadap jenazah karena ada tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. “Pihak keluarga meminta agar jenazah dipulangkan dan segera dimakamkan, tetapi karena ada tanda-tanda kekerasan dalam tubuh korban, kita akan lakukan penyidikan dulu,” ungkap Victor.
Atas pertimbangan Satreskrim Polres Bogor Kota, jenazah korban kemudian dibawa ke RS PMI Bogor untuk diautopsi lebih lanjut, berikut visum dan pendalaman TKP. “Informasi yang kita himpun, sang suami tidak bekerja. Nah, ada dugaan sebelum bunuh diri, korban dianiaya. Tapi ini belum pasti, kasus ini kita limpahkan ke Polres Bogor Kota,” tandas Victor.
Informasi yang dihimpun dari pihak keluarga, korban meninggalkan rumah sejak Senin (9/1) siang. Beberapa kerabat dekat korban menduga masalah ekonomi yang dihadapi korban dengan sang suami, Hermawan (40) yang kini masih menganggur menjadi alasan kuat korban memilih mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. “Kemarin siang dia (Euis, red) sempat pulang ke rumah, terus berangkat kerja lagi. Udah dari situ, enggak pulang lagi sampai ketemu hari ini,” ungkap adik ipar korban, Budiarsa (40).(yus)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penerbangan Perdana, MASwings Berikan Harga Promo
Redaktur : Tim Redaksi