jpnn.com - JAKARTA - Sejumlah aparat kepolisian melarang wartawan meliput peristiwa pengusiran The Jakmania oleh polisi di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno. Pengusiran tersebut, diwarnai aksi kekerasan yang dialami wartawan.
Salah seorang koresponden SCTV-Indosiar Muhammad Subadri Arifqi diminta untuk menghapus gambar polisi yang memukul warga yang diduga anggota The Jakmania, menggunakan rotan.
BACA JUGA: Persib Unggul 2-0 atas Sriwijaya FC di Babak Pertama
"Suruh hapus, alasannya ini lagi hajat besar jangan bikin berita kisruh," kata Subadri kepada wartawan di lokasi, Minggu (18/10).
Atas kejadian tersebut, Badri merasa diintimidasi. Pasalnya, jurnalis mempunyai hak yakni mencari berita di lapangan. Dia mengaku sempat hendak dipukul oleh anggota polisi yang tak terima diambil gambarnya.
BACA JUGA: Gol! Bandung, Bandung, Bandung!
"Sempat dirampas secara paksa, baju ditarik dan nyaris dipukul. Saya ambil gambar polisi pukuli warga dengan membabi buta, mungkin polisi anggap ini buruk," terangnya.
Karenanya, Badri akan mengadukan hal tersebut ke Dewan Pers lantaran menggangu kinerja jurnalis. Dia juga akan melaporkan kejadian tersebut ke kantor Redaksi SCTV di Tower SCTV Senayan, Lantai 9, Jakarta Pusat.
BACA JUGA: Bos Sriwijaya FC Yakin Wong Kito tak Terpancing Provokasi
"Saya engga terima, saya coba lapor ke kantor," kata dia.
Di lokasi yang sama, intimidasi juga dialami reporter Merdeka.com, Faiq Hidayat. Saat hendak meliput bentrokan The Jakmania dengan Bobotoh, polisi melarang dia mengambil foto penangkapan suporter yang diduga dari The Jakmania
"Ngapain kamu ambil foto, enggak boleh ambil foto, hapus itu," kata Faiq menirukan bentakan salah satu anggota Sabhara yang sambil merampas Hp-nya. Tak hanya itu, sebagian petugas sempat mengancamnya jika melawan.
"Mereka dengan membawa bambu rotan dan senjata lengkap. Akibatnya, polisi minta semua file video dan foto dihapus dengan alasan menggangu," kata Faiq. (Mg4/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Disambut Mesra Bobotoh
Redaktur : Tim Redaksi