Kepala Disperindag Jatim Budi Setiawan mengatakan operasi pasar yang digelar untuk komoditas cabai bersifat sementara. Artinya, ketika harga tinggi, pasar digerojok dengan cabai rawit dengan harga lebih rendah daripada harga pasaran. Kemudian, setelah harga bergerak turun, kegiatan operasi pasar dihentikan.
"Saat ini operasi pasar untuk cabai hit and run, jadi ketika harga naik, diadakan operasi pasar, sedangkan ketika sudah turun dibiarkan. Harga cabai pada Sabtu, Minggu dan Senin kemarin bergerak turun. Bahkan kalau dibanding sebelum-sebelumnya penurunannya signifikan," katanya kemarin (18/7).
Beberapa minggu terakhir harga cabai berada di puncak yakni mencapai Rp 70.000 per kg. Kemudian, setelah dilakukan operasi pasar merambat turun hingga Rp 44.000 per kg. Saat turun, operasi pasar ditiadakan. Setelah itu pasar tetap dibiarkan sampai harga naik lagi di kisaran Rp 46.000. "Nah sekarang harga cabai Rp 53.000 per kg," katanya.
Untuk mengadakan operasi pasar, Bulog melalui Bulog Mart membeli cabai dari asosiasi. Cabai itu diambil dari Kediri yang sudah memasuki musim panen. Harga cabai yang dijual Bulog tidak tetap, melainkan mengikuti perkembangan harga. Tapi, harga yang dipatok relatif lebih rendah timbang harga di tingkat pedagang di pasar. "Keuntungan yang diambil Bulog jauh lebih sedikit timbang para tengkulak. Bahkan, disparitas harganya sangat jauh. Harus diakui, keuntungan yang diambil para tengkulak itu tidak wajar," keluhnya.
Budi menuturkan, sikap yang ditempuh Bulog Divre Jatim tersebut dapat diterapkan untuk komoditas lain. Terutama, komoditas yang harganya sedang melonjak, seperti daging sapi dan bawang merah. Tapi, untuk bawang merah, belum dianggap sebagai komoditas strategis, sehingga belum masuk dalam agenda operasi pasar.
"Di Jatim rata-rata kebutuhan cabai rawit tiap tahun sebanyak 50 ribu ton. Juli ini akan masuk sebanyak 88.680 ton. Jadi sebenarnya dari total panen, hampir 60 persen dikirim ke luar Jatim. Sedangkan untuk bawang merah, bulan ini panen sebanyak 148.800 ton, bahkan Agustus nanti mencapai 400 ribu ton. Untuk konsumsi jatim hanya 95.000 ton per tahun," urainya.
Di samping itu, pihaknya juga mengimbau agar dinas perindustrian dan perdagangan di kabupaten dan kota di Jatim agar melaksanakan operasi pasar. Terutama untuk komoditas yang harganya melambung tinggi. Seperti pemerintah kota Surabaya mengadakan operasi pasar daging sapi seharga Rp 78.000 per kg.
"Kami sudah melakukan operasi pasar untuk empat komoditas, beras, gula, terigu dan minyak goreng. Nah, tentu masyarakat makin terbantu kalau dinas perindustrian dan perdagangan di kabupaten dan kota mengadakan operasi pasar untuk komoditas lainnya," kata dia. (res)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ustaz Yusuf Mansur Akui Tutup Patungan Usaha
Redaktur : Tim Redaksi