Aksi gendam itu terjadi Kamis (2/8) pagi di Jalan Veteran, Pontianak. Korban yang minta identitasnya tidak disebutkan ini berjalan seorang diri hendak ke Pasar Flamboyan.
Tak jauh dari Restoran Fajar, perempuan berusia lanjut ini dikagetkan dengan tepukan di pundak oleh seorang pria yang tak ia kenal. Dari sini, musibah itu bermula. Setelah pundak korban ditepuk, pria tersebut mengenalkan diri. Pria itu mengaku dari Brunei Darussalam. Logat bicaranya Melayu. "Dia memanggil saya Mak Cik dan bilang kalau saya mirip ibunya. Pria itu berusia sekitar 40 tahunan. Berperawakan sedang," kata korban.
Pelaku berpura-pura hendak menyalurkan sejumlah sumbangan ke panti asuhan dan masjid. Tapi karena tidak mengenal medan, pelaku minta alamat panti asuhan dan masjid mana saja yang bisa ia sumbang. "Saya bilang tidak tahu. Lalu ada pria tinggi besar menghampiri. Saya bilang, tanya saja bapak ini. Tapi rupanya pria yang datang tadi komplotannya juga. Setelah itu, kesadaran saya semakin melemah," kata korban. Selain mau menyumbang masjid, pelaku juga mengaku mau ke Ketapang bertemu Hamzah Haz dan memberikan suvenir berupa jam emas bertakhtakan permata. "Saya dilihatkan jam itu. Saat saya lihat, warnanya berkilau. Jamnya ada dua," kata korban.
Sejurus kemudian, pria tinggi tersebut dan mengaku anggota dewan itu berniat membeli yang satunya. Namun pelaku tidak memberikannya. "Orang yang mengaku dari Brunei itu bilang kalau jam yang satunya itu seharga Rp150 juta. Dia bilang jam yang satunya itu akan dikasikan ke saya karena sudah anggap sebagai ibunya. Dia berpesan nanti setelah dijial uang Rp130 juta terserah saya mau disumbangkan ke masjid atau panti mana saja dan Rp20 juta disuruh simpan," kata korban.
”Setelah melihat jam itu entah kenapa saya seakan tunduk dengan orang itu dan menuruti perkataannya," lanjut korban.
Setelah hipnotis semakin merasuk, pelaku menanyakan korban apakah punya uang. "Saya hanya dapat berkata, ya, ya, dan iya. Saya bilang ada tabungan Rp6 juta. Itu uang untuk bekal naik haji. Saya menyebut itu di luar kendali saya," kata korban.
Pelaku pun langsung menyuruh korban mengambil buku tabungannya di rumah. Ditemani pria yang mengaku anggota dewan itu, korban diantar menggunakan mobil sampai di depan gang rumah.
"Saya ke rumah dengan jalan cepat. Tidak ada perasaan capek. Seakan-akan saya berjalan melayang," kata korban.
Setelah mengambil buku tabungan, dua orang pelaku itu kemudian mengantarkan korban ke Bank BRI Jalan Gajahmada untuk mengambil uang. "Mereka tidak masuk ke dalam bank. Mereka berdua menunggu di mobil di seberang jalan," kata korban.
Setelah itu, uang tersebut pun diberikan ke pelaku. "Anehnya, saya tidak ragu-ragu memberikannya. Saya pun hilang kesadaran bertanya, untuk apa uang itu. Saya hanya tunduk kepadanya yang menyuruh saya menyerahkan uang Rp6 juta itu kepadanya," terang korban.
Tak hanya uang, pelaku yang mengaku anggota dewan pun menyuruh korban menyerahkan gelang emas yang dipakainya. "Saya sudah melepaskannya. Tapi entah kenapa, sempat terucap, jika saya menyerahkan gelang itu maka akan ditanya oleh suami saya," katanya.
Untungnya, pelaku yang berlogat Melayu, gelang itu dikembalikan. Korban kemudian diturunkan di depan Pasar Flamboyan. "Sebelum saya diturunkan, pria yang mengaku dari Brunei itu tadi kemudian memasukkan jam emas itu ke dalam dompet dan diberikan ke saya. Saya melihatnya sendiri," kata korban.
Niat korban yang semula berbelanja di Flamboyan sudah tidak dirasakannya lagi. Korban pun bergegas pulang ke rumah. "Saat itu saya masih hilang kendali. Saya berjalan pun cepat. Serasa melayang Hati masih gembira setelah diberi jam emas itu," kata korban.
Korban tak langsung pulang. Dia bertemu tetangganya. Korban pun bercerita sembari menunjukkan dompet yang ia yakini berisi jam emas seharga Rp150 juta.
"Saya suruh tetangga saya membuka dompet itu dan melihatnya." Betapa terkejutnya, ternyata isi di dalam dompet tersebut adalah obat tetes mata dan korek api. Bukan jam emas berkilau bertakhtakan permata seperti yang dilihatnya. "Setelah saya melihat obat tetes mata dan korek api itu saya merasa tersentak. Tiba-tiba saya langsung lemas. Berangsur kesadaran saya pulih. Saya langsung menangis. Saya baru sadar kalau saya sudah ditipu dan dihipnotis," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Mukson Munandar, mengatakan, kepada seluruh lapisan masyarakat harus selalu waspada. Terutama di pusat keramaian, seperti pasar, tempat wisata, dan beberapa tempat hiburan lainnya. Terlebih, terhadap kaum wanita. Jangan memancing para pelaku tindak kriminal untuk melakukan aksinya.
“Kepada kaum wanita, jangan memakai perhiasan secara berlebihan. Kemudian, tidak terlalu mencolok dan memamerkan harta benda saat di pusat keramaian. Begitu pula dengan warga lain, jika membawa uang dalam jumlah besar, minta saja pengamanan kepada pihak kepolisian,” terangnya.
Disinggung petugas yang selalu berpatroli meminimalisir aksi kejahatan tersebut, Mukson telah menginstruksikan jajarannya. Pihaknya pun telah menurunkan tim khusus untuk memberantas tindak kriminal. Seperti pencurian dengan pemberatan dan pencurian dengan kekerasan.
“Kita akan terus melakukan pemantauan. Terutama pada aksi hipnotis ini. Akan terus kita pantau modus mereka. Jika memang penyelidikan telah matang, para pelaku tetap akan kita tindak secara tegas,” pungkasnya.(zan/rmn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pasangan Selingkuh Ditangkap Bugil
Redaktur : Tim Redaksi