jpnn.com, LONDON - Amerika Serikat meyakini intelijen Rusia berada di belakang serangan kimia terhadap jurnalis Rusia pemenang Penghargaan Nobel Perdamaian Dmitry Muratov beberapa waktu lalu.
Redaktur surat kabar investigatif Novaya Gazeta itu mengaku disiram dengan cat merah mengandung aseton oleh seorang penyerang di sebuah kereta.
BACA JUGA: Hampir Tak Bisa Berdiri, Paus Fransiskus Masih Mengutuk Invasi Rusia
Muratov pada saat itu mengunggah foto wajah, dada, dan tangannya yang tertutup cat minyak merah, yang dia katakan membuat matanya terbakar parah lantaran aseton tersebut.
New York Times dan Washington Post melaporkan pada Kamis bahwa badan intelijen AS sudah berkesimpulan serangan itu diatur oleh sejumlah mata-mata Rusia mengatur penyerangan itu, yang terjadi di kereta rute Moskow-Samara.
BACA JUGA: Lavrov Tuding NATO Terlibat Perang dengan Rusia, Ini Buktinya
Sebelum penyerangan terjadi, Novaya Gazeta mengumumkan bahwa pihaknya menunda aktivitasnya secara daring maupun cetak sampai operasi militer Rusia di Ukraina selesai.
Pemerintah Rusia sudah dua kali memperingatkan surat kabar itu atas peliputan perang di Ukraina.
BACA JUGA: Aksi Amerika Ancam Presidensi G20 Indonesia, Rusia Pasti Setuju Saran Guru Besar UI Ini
Kremlin telah melarang media massa menggunakan kata invasi dalam berita-berita mengenai konflik tersebut. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif