Dilewati Tronton, Jembatan Ambruk

Tujuh Nagari di Pessel Terisolir

Selasa, 12 Juni 2012 – 10:53 WIB
PAINAN - Sebuah jembatan permanen di Silaut III ambruk saat dilewati tronton bermuatan alat berat. Akibatnya, lalu lintas ekonomi masyarakat di tujuh nagari di daerah itu terganggu.

Ketujuh nagari itu adalah Nagari Saipulai, Tl Binjai, Pasirbinjai, Nagari Duriansaribu, Nagari Lubukbunta, Nagari Airhitam dan Nagari Sambungo.
 
Informasi yang dihimpun Padang Ekspres (JPNN Grup), kecelakaan itu terjadi pada Jumat (8/6) lalu, sekitar pukul 17.30 WIB. Saat itu, sebuah truk tronton milik CV Kurnia yang mengangkut alat berat milik PT Tarco Padang menuju Silaut I untuk menyelesaikan proyek drainase. Karena bebannya terlalu berat, jembatan pun ambruk bersama truk dan alat berat.

Camat Lunangsilaut, Feri menyebutkan, beban truk tronton yang bermuatan alat berat itu sekitar 30 ton, sedangkan konstruksi jembatan disiapkan untuk beban maksimal 10 ton sehingga ambruk. Sopir truk memaksakan diri melewati jembatan yang sudah berusia tua itu. Akibatnya, aktivitas perekonomian warga Silaut 1 hingga 6 yang dihuni sekitar 10 ribu jiwa, menjadi terganggu.
 
"Saat ini telah dilakukan perbaikan sementara oleh masyarakat secara swadaya, dengan meletakkan pohon kelapa di sekitar badan jembatan agar bisa dilewati kendaraan roda dua. Namun, untuk kendaraan roda empat masih belum bisa melintas," ujar Feri.

Masyarakat sangat berharap jembatan itu segera dibangun kembali oleh perusahaan pemilik mobil yang membawa alat berat tersebut. Pasalnya, kata Feri, ketika pihaknya menghubungi Dinas Pekerjaan Umum Pessel, perbaikan jembatan itu ternyata tangung jawab pemilik truk tronton yang membuat jembatan itu ambruk.

"Karena ini murni kesalahan perusahaan itu, jadi sepenuhnya mereka harus bertangung jawab agar jembatan kembali bisa difungsikan untuk lalu lintas masyarakat dan barang dengan kendaraan roda empat," tegasnya.

Pantauan Padang Ekspres (JPNN Grup), daerah tempat ambruknya jembatan itu merupakan kawasan perkebunan sawit milik ribuan warga. Sejak ambruknya jembatan itu, warga kesulitan membawa hasil perkebunan mereka ke luar Pesisir Selatan.

"Petani sawit resah. Kalau jembatan ini tidak segera ditanggulangi dan tidak bisa dilewati, maka sawit para petani akan busuk dan harga di pasaran akan semakin anjlok," ungkap Feri.

Mediasi dengan perusahaan pemilik truk dan alat berat, sejauh ini telah dilakukan. Pengusaha tersebut bersedia membangun jembatan tersebut sesegera mungkin. "Kita telah buat perjanjian secara tertulis dengan perusahaan tersebut, tapi kapan waktu pastinya belum diketahui," kata Feri.

Ambruknya jembatan di Silaut III menunjukkan pengawasan terhadap truk bermuatan melebihi tonase tidak berjalan maksimal. Kebijakan gubernur Sumbar yang diberlakukan sejak 1 Juli 2011, terkesan hanya garang di tataran pernyataan. Realitas di lapangan, tetap saja truk bermuatan tonase berseliweran di jalan-jalan negara.

Sejak ambruknya jembatan Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, 26 November 2011, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) memerintahkan seluruh pemerintah daerah melalui Dinas PU, mengecek seluruh kondisi jembatan. Awal-awalnya, seluruh daerah di Sumbar tampak reaktif mengawasi kondisi jembatan. Seiring perjalanan waktu, perbaikan dan pengawasan terhadap jembatan-jembatan di Sumbar kembali terabaikan.
 
Di Padang, salah-satu jembatan yang dinyatakan rawan adalah jembatan Bypass, Kuranji. Selain padatnya mobilitas kendaraan di jembatan tersebut, aliran Batang Kuranji juga makin tergerus akibat maraknya penambangan batu dan pasir sungai.
 
Data Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Sumbar menyebutkan, kondisi 40 jembatan di Sumbar dinyatakan rawan. Selain fungsinya sudah berkurang, lending jembatan sudah tidak ada serta relingnya juga hilang karena rusak dan kemungkinan dicuri. Jembatan tersebut juga masih memakai kontruksi zaman Belanda.

"Dari 40 jembatan tersebut, paling banyak terdapat di Surantih sekitar 20 unit. Selebihnya terdapat di ruas jalan provinsi antara Simpangempat, Kabupaten Pasaman Barat dengan Panti, Kabupaten Pasaman dan ruas jalan nasional dari Kabupaten Pesisir Selatan hingga perbatasan Bengkulu," kata Kepala Dinas Prasjal Tarkim Sumbar, Suprapto kepada Padang Ekspres (JPNN Grup) (17/2).

Jembatan tersebut tidak pernah dipelihara sejak 20 tahun lalu. Kerusakan jalan dan jembatan tidak hanya disebabkan faktor alam, tapi juga akibat kelebihan beban muatan angkutan barang. (n)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Juli, Pendaftaran Seleksi CPNS

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler