jpnn.com, TARAKAN - Siti Badriah, 87, w arga RT 15, Kelurahan Pamusian, Tarakan Tengah, Kaltara, mengalami mati suri dan sempat dinyatakan meninggal.
Suara tangis mewarnai suasana duka di rumah nenek Siti Badriah. Bendera putih berukuran kecil, terpasang jelas di balik bambu di pinggir jalan. Kursi-kursi biru tersusun rapi di bawah tenda teduh.
BACA JUGA: Siti Badriah Cari Calon Suami, Bukan Pacar
Menjelang siang, wanita-wanita berpakaian serba hitam silih berganti berdatangan melayat. Bahkan keluarga dari jauh berdatangan melihat sang nenek yang dinyatakan meninggal.
Sania (62), menantu Siti menyaksikan keluarga dirundung sedih mendalam. Air mata sudah tak terbendung lagi saat mengetahui kepergian sang mertua.
BACA JUGA: Siti Badriah Galau Ditinggal Mantan Pacar Menikah
Sejak itu pula, kain kafan disiapkan keluarga. Sambil menunggu dimandikan, liang lahat untuk sang nenek selesai digali. Cukup dalam.
Berselang beberapa jam kemudian. Hal yang mengejutkan itu terjadi. Keajaiban Tuhan. Saat kabar kematian sang nenek hendak diumumkan di masjid, jasad yang dinyatakan sudah tak bernyawa itu hidup kembali.
BACA JUGA: Dino Panjaitan: Saya Peluk Ternyata Papa Sudah Pergi
Jari jemari Siti bergerak pelan hingga membuat keluarga tak percaya dengan apa yang terjadi di depan mata. Padahal, menurut Sania, mertuanya itu sudah tak bernapas lagi.
“Tinggal dimandikan saja, setelah itu dibawa ke makam. Karena liang lahatnya sudah selesai digali sama pekerja makam di Markoni,” ungkap Sania, saat Radar Tarakan (Jawa Pos Group), menyambangi rumah Nenek Siti Badriah.
Saat mengetahui sang mertua hidup kembali, Sania bersama keluarga mencoba mengajak bicara.
Tapi, kesan awal tak mendapat respon apa-apa. “Ini tidur pulas aja, tapi biasanya kalau malam terbuka aja matanya,” lanjut Sania.
Sebenarnya mertuanya itu telah dibawa berobat ke salah satu rumah sakit swasta yang ada di Tarakan. Kurang lebih sepekan menjalani perawatan, tak ada perkembangan signifikan. Kondisi Siti malam semakin memburuk.
“Nggak mau makan, dan tidak bisa diajak komunikasi,” jelasnya.
Dari riwayat medis, Siti menderita penyakit jantung dan kerusakan pada paru-parunya. Kaki kanan dan kaki kirinya bengkak dan menghitam.
Selasa (24/10) lalu, dokter yang menangani menyerahkan ke keluarga, agar Siti dibawa pulang. Segala tindakan medis telah dilakukan.
Dokter telah melakukan tindakan kejut jantung dengan defibrillator saat Siti kehilangan detak pembuluh nadi.
Tanda-tanda kehidupan sudah tak ada, dengan adanya grafik datar yang muncul di monitor elektrokardiograf (EKG).
“Saya menangis, ketika satu per satu alat medisnya sudah dilepas, termasuk alat bantu oksigen. Dan ketika itu pun saya dan keluarga meminta untuk dibawa pulang, meski saya dan dokter sempat berdebat untuk meminta satu hari berada di rumah sakit,” tangis Sania.
Dengan kesedihan itu, keluarga pun membawa Siti pulang ke rumah. Keluarga lainnya masih yakin bahwa Siti belum meninggal.
“Karena sudah tahu meninggal, kami pun langsung menghubungi para keluarga baik dari Berau maupun yang dari Jogjakarta. Dan semuanya sudah berdatangan untuk melihat wajah terakhir nenek,” ucapnya.
Namun, saat sang nenek hendak dimandikan untuk dimakamkan, tiba-tiba terbangun dengan melafalkan nama Allah. Tak ada kata lain yang keluar dari mulut rentanya itu.
“Selalu sebut nama Allah, itu saja,” bebernya.
Sejak seluruh keluarga mengetahui Siti hidup kembali, para keluarga pun mencoba memberikan minum untuk Siti saat itu.
Meski tak dapat mengunyah dan minum banyak, para keluarga merasa senang dan dapat melihat Siti bernapas kembali dengan normal.
“Ini benar-benar keajaiban Allah, dan kuasanya. Allah maha besar dengan segala firmannya,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tarakan Syamsi Sarman mengungkapkan, memang di dalam ajaran Islam terdapat istilah mati suri.
Seseorang yang mengalami itu, tetap dikatakan masih hidup dan organ-organ tubuhnya masih berfungsi. Jika di dalam ilmu kedokteran tersebut dikatakan dalam kondisi koma.
“Jadi perlu ditekankan tidak ada istilah seseorang hidup kembali. Jika memang mati suri artinya dia masih hidup belum ditakdirkan meninggal,” jelas Syamsi sapaan akrabnya, saat dihubungi tadi malam.
Diakui Syamsi pula, memang kebanyakan yang pernah mengalami mati suri itu dianggap pernah merasakan seperti berada di alam lain.
Tetapi itu hanyalah seperti mimpi yang membawa manusia masih bisa dikendalikan di bawah alam bawah sadarnya.
“Jadi itu layaknya sebuah mimpi. Tapi tidak semua yang bisa seperti itu, hanya beberapa saja yang biasanya mengingat pengalamannya ketika koma atau mati suri,” ungkap Syamsi. (eru/nri/lim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ya Ampuun, Kurnia Meiga Diterpa Isu Seperti Ini
Redaktur & Reporter : Soetomo