JF juga menunjukan kepada wartawan luka memar dibagian kaki yang diduga bekas injakan laras sepatu aparat dan pukulan popor senjata. JF yang berprofesi sebagai peternak (pembudidaya) ikan mas ini mengaku ditangkap polisi Brimob saat sedang duduk dirumah usai salat lohor.
"Langsung ditangkap dan dinaikan di truck," sebutnya lagi seperti dilansir RADAR SULTENG (JPNN Group), Jumat (28/12).
Dalam perjalanan dari rumah ke Pos Brimob Kalora ia belum menerima ulah kasar aparat Polri. "Nanti tiba di Pos Brimob baru dipukuli," ceritanya mengulangi.
Dugaan kekerasan yang dilakukan polisi saat proses interogasi dialami juga warga lain yang ikut ditahan saat itu. Bahkan kata beberapa rekan JF, ada tahanan yang mengalami luka robek dikepala dan memar di beberapa bagian tubuh bekas di strum saat di interogasi.
"Yang kami kecewa kenapa Brimob tidak kejar terus para pelaku penembak mati rekannya. Malah mereka justru menangkapi kami yang berada dalam rumajh dan tidak tahu apa-apa," keluh beberapa warga yang mengaku sebagai korban dan keluarga salah tangkap polisi. Di antara beberapa korban dugaan salah tangkap polisi itu berobat di sebuah klinik kesehatan di Poso Kota.
Berdsarkan keterangan resmi yang disampaikan Humas Polda Sulteng Kamis (20/12) lalu, sekitar pukul 10.00 wita satu regu personel Brimob Polda Sulteng berjumlah 10 orang melakukan patroli motor di wilayah Desa Kalora. Tiba-tiba mereka diberondong peluru oleh beberapa orang dari atas bukit, tidak jauh dari tempat anggota Brimob berpatroli.
Untuk mengungkap peristiwa ini, 14 orang warga desa Kalora dan desa Tambarana kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso yang ditangkap pasukan Brimob pasca penyerangan kelompok sipil bersenjata yang menewaskan empat anggota Brimobda Sulteng, Kamis (22/12) pekan lalu. Ke-14 warga dilepas setelah 7 X 24 jam ditahan dan di periksa intensif tim penyidik Polri. (bud/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kelompok Teroris Sudah Masuk di Sultra
Redaktur : Tim Redaksi