JAKARTA – Wakil Menteri Keuangan Mahendra memanggil petinggi Bank Danamon dan Bank DBS untuk menjelaskan bahwa akuisisi yang dilakukan oleh Temasek Group melalui DBS memberikan implikasi kepada perekonomian Indonesia.
"Sifatnya menyampaikan informasi, sedangkan persetujuan kewenangan ada di regulator yaitu Bank Indonesia. Jadi kami melihat dari sisi makro mikro dan prospek pertumbuhan ekonomi yang menjadi perhatian," ujar Mahendra di Jakarta, Kamis (19/4).
Pemanggilan yang dilakukan pihak Kementrian Keuangan ini, sambungnya hanya dipenuhi oleh pihak Bank Danamon, sedangkan dari DBS Singapura berhalangan hadir. Namun, pihaknya mengakui pemanggilan ini sistemnya terpisah meskipun membicarakan hal yang sama terkait akuisisi.
"Tapi ini pertemuan terpisah walaupun hal yang dibicarakan sama mengenai rencana DBS membeli saham dari kepemiikan Temasek. Kami juga didampingi oleh pejabat Bappepam LK karena menyangkut pasar modal," terangnya.
Meski kasus ini merupakan ranah dari regulator perbankan tetapi, tambahnya, pemerintah khawatir dengan keberadaan dua bank tersebut yang dimiliki oleh pemegang saham yang sama. D iakui Bank Danamon merupakan bank cukup besar dari sisi operasi, asset, dan pemberian kreditnya menyasar kepada skala UKM.
"Kami khawatir Danamon sebagai institusi nasional akan lepas. Tapi tadi dijelaskan bahwa untuk operasi di Indonesia posisi Danamon praktis dipertahankan tidak menyesuaikan kepada DBS,”jelasnya.
Seperti diketahui, DBS Group Holdings Ltd telah menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat dengan Fullerton Financial Holdings Pte Ltd (FFH) untuk mengambil alih 100 persen saham FFH pada Asia Financial Indonesia Pte Ltd (AFI).
Asia Financial Indonesia memiliki 67,37 persen saham pada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. Nilai transaksi pengambilalihan sekitar Rp. 45,2 triliun. (Naa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beli Rumah, Buruh Disubsidi Rp2 Juta
Redaktur : Tim Redaksi