SEJAK dikebumikan Jumat (26/4) lalu, makam Ustaz Jefry Al Buchori atau yang akrab disapa Uje tak pernah sepi dari peziarah. Tidak hanya dari sekitar Jakarta, tapi juga datang dari Sumatera hingga Papua. Ada yang mengkeramatkan sampai melakukan pesugihan. Saking ramainya, copet pun ikut memanfaatkan kesempatan beraksi.
Laporan: Mahbub Amiruddin, Jakarta
==============================
"Mau ke Makam Uje ya dik?" kata Ibu paruh baya penjual minuman dingin di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak Jakarta Pusat mencegat JPNN saat akan bertanya lokasi makam Uje, Rabu (1/5).
Rupanya, sejak Uje dikubur di TPU Karet Jumat (26/4) peziarah terus berdatangan. Ibu tersebut mengaku selalu menjadi tempat bertanya jika ada yang bolak-balik mencari makam Uje tapi tak ditemukan.
"Lurus aja. Nanti ketemu jalan besar, ada petunjuk kok makam Uje. Nanti di sana nanya lagi kalo masih kebingungan," lanjut ibu tadi.
Memang tak mudah menemukan makam Uje. TPU Karet Bivak merupakan pemakaman terluas kedua di Jakarta. Luasnya mencapai luasnya 16,2 hektare. Memanjang dari Jalan Pejompongan hingga Jalan Bendungan Hilir Jakarta Pusat.
Setelah mengikuti petunjuk Ibu paruh baya tadi, selang beberapa saat sudah terlihat petunjuk khusus menuju makam Uje yang dipasang masyarakat setempat. Meski demikian tetap saja banyak yang tersesat. Beruntung, warga di sekitar TPU terutama anak-anak kecil dengan ramah mengantarkan peziarah ke makam Uje.
Dari kejauhan terdengar suara lantunan ayat suci Al Quran yang dibaca peziarah. Ada pula peziarah yang membawa kembang, air bahkan bingkai foto berisi kumpulan gambar Uje.
Bebeberapa kursi plastik juga tersedia di tempat tersebut. Informasi yang diperoleh JPNN dari Rochan, penjaga makam Uje, di malam hari disediakan lampu khusus untuk memudahkan peziarah.
Sayang tak semua peziarah berniat baik. Ada juga yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan menjadikan makam Uje sebagai tempat mencopet.
"Kemarin ada ibu-ibu dari Bekasi dicopet. Ibu itu tidak curiga karena pencopetnya menyamar sebagai ustaz dengan memakai jubah," terang Rochan.
Hal lain lagi yang cukup disesalkan adalah tingkah peziarah yang mencoba mengarahkan makam Uje sebagai tempat pesugihan. Tanda-tandanya mulai terlihat, yakni bunga yang disebar ke makam Uje sering dikantongi lalu dibawa pulang.
"Saya sering tanya kenapa kembang di makam Uje dibawa pulang. Jawaban mereka lucu-lucu, ada yang bilang buat kenang-kenangan," terangnya.
Peziarah makam Uje memang luar bisanya banyak. Tak hanya dari berbagai macam golongan, tapi juga dari sejumlah daerah, dari Sumatera hingga Papua semua mengunjungi makam Uje.
Beberapa pengunjung makam Uje bahkan mulai percaya, dai yang gemar menggunakan motor gede itu kerasukan wali. "Saya yakin Uje itu kerasukan wali. Tidak mungkin makamnya dikunjungi orang sebanyak ini kalau tidak kerasukan wali," ujar salah satu peziarah asal Jawa Tengah.
Lepas dari apakah Uje kerasukan wali atau tidak, tapi kematiannya jelas membawa berkah bagi Pedagang Kaki Lima di TPU Karet. Sejak Uje dimakamkan, pedagang kaki lima mendapatkan keuntungan minimal dua kali lipat sehari.
"Biasanya hanya dapat Rp200 ribu per hari, sekarang pemasukan kami naik dua kali lipat. Bahkan saat hari pertama Uje dimakamkan saya dapat sampai Rp 1 juta lebih," ujar salah satu PKL sambil mengumbar senyum. (abu/awa/jpnn)
Laporan: Mahbub Amiruddin, Jakarta
==============================
"Mau ke Makam Uje ya dik?" kata Ibu paruh baya penjual minuman dingin di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak Jakarta Pusat mencegat JPNN saat akan bertanya lokasi makam Uje, Rabu (1/5).
Rupanya, sejak Uje dikubur di TPU Karet Jumat (26/4) peziarah terus berdatangan. Ibu tersebut mengaku selalu menjadi tempat bertanya jika ada yang bolak-balik mencari makam Uje tapi tak ditemukan.
"Lurus aja. Nanti ketemu jalan besar, ada petunjuk kok makam Uje. Nanti di sana nanya lagi kalo masih kebingungan," lanjut ibu tadi.
Memang tak mudah menemukan makam Uje. TPU Karet Bivak merupakan pemakaman terluas kedua di Jakarta. Luasnya mencapai luasnya 16,2 hektare. Memanjang dari Jalan Pejompongan hingga Jalan Bendungan Hilir Jakarta Pusat.
Setelah mengikuti petunjuk Ibu paruh baya tadi, selang beberapa saat sudah terlihat petunjuk khusus menuju makam Uje yang dipasang masyarakat setempat. Meski demikian tetap saja banyak yang tersesat. Beruntung, warga di sekitar TPU terutama anak-anak kecil dengan ramah mengantarkan peziarah ke makam Uje.
Dari kejauhan terdengar suara lantunan ayat suci Al Quran yang dibaca peziarah. Ada pula peziarah yang membawa kembang, air bahkan bingkai foto berisi kumpulan gambar Uje.
Bebeberapa kursi plastik juga tersedia di tempat tersebut. Informasi yang diperoleh JPNN dari Rochan, penjaga makam Uje, di malam hari disediakan lampu khusus untuk memudahkan peziarah.
Sayang tak semua peziarah berniat baik. Ada juga yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan dengan menjadikan makam Uje sebagai tempat mencopet.
"Kemarin ada ibu-ibu dari Bekasi dicopet. Ibu itu tidak curiga karena pencopetnya menyamar sebagai ustaz dengan memakai jubah," terang Rochan.
Hal lain lagi yang cukup disesalkan adalah tingkah peziarah yang mencoba mengarahkan makam Uje sebagai tempat pesugihan. Tanda-tandanya mulai terlihat, yakni bunga yang disebar ke makam Uje sering dikantongi lalu dibawa pulang.
"Saya sering tanya kenapa kembang di makam Uje dibawa pulang. Jawaban mereka lucu-lucu, ada yang bilang buat kenang-kenangan," terangnya.
Peziarah makam Uje memang luar bisanya banyak. Tak hanya dari berbagai macam golongan, tapi juga dari sejumlah daerah, dari Sumatera hingga Papua semua mengunjungi makam Uje.
Beberapa pengunjung makam Uje bahkan mulai percaya, dai yang gemar menggunakan motor gede itu kerasukan wali. "Saya yakin Uje itu kerasukan wali. Tidak mungkin makamnya dikunjungi orang sebanyak ini kalau tidak kerasukan wali," ujar salah satu peziarah asal Jawa Tengah.
Lepas dari apakah Uje kerasukan wali atau tidak, tapi kematiannya jelas membawa berkah bagi Pedagang Kaki Lima di TPU Karet. Sejak Uje dimakamkan, pedagang kaki lima mendapatkan keuntungan minimal dua kali lipat sehari.
"Biasanya hanya dapat Rp200 ribu per hari, sekarang pemasukan kami naik dua kali lipat. Bahkan saat hari pertama Uje dimakamkan saya dapat sampai Rp 1 juta lebih," ujar salah satu PKL sambil mengumbar senyum. (abu/awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tak Nyangka Hobinya Berbuah Apresiasi dari Luar Negeri
Redaktur : Tim Redaksi