jpnn.com, MALANG - Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah daerah untuk mencegah penyebaran virus Covid-19, berdampak krisis pada berbagai sektor.
Di Kota Malang Raya, penerapan PSBB akan mulai dilaksanakan pada Minggu (17/5) besok.
BACA JUGA: Strategi Kementan dalam Menjaga Ketahanan Pangan
Menjelang penerapan PSBB, jagat maya dikejutkan dengan aksi viral para pedagang desa Kedungrejo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang membuang produk sayuran yang semestinya dijual.
Bukan hanya membuang, sebagian sayuran dibagikan gratis kepada pengguna jalan yang melintas.
BACA JUGA: Kementan Dorong Upaya Percepatan Tanam Bawang Merah
Aksi itu dilakukan lantaran sayuran tidak laku.
"Jadi itu buang sayur karena pasarnya itu tutup di sana (Jawa Timur). Jadi mereka nggak bisa jual sayurannya, jadi terpaksa sayur mereka dibuang-buang," ucap Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto saat dikonfirmasi, Sabtu (16/5).
BACA JUGA: Kementan Luncurkan Antivirus Corona Berbasis Eucalyptus
Prihasto mengatakan jika aksi buang sayur ke kali maupun aksi petani yang membagikan gratis ke pengguna jalan bukan karena harga panen sayur yang anjlok yang diakibatkan melimpah panen dalam waktu bersamaan.
"Namun kendala ini sudah diselesaikan, kami sudah selesaikan itu. Jadi sekali lagi, itu karena pasarnya tutup karena lagi lockdown," ujar dia.
Video yang merekam aksi pedagang membagikan sayuran beredar dan viral di beberapa platform media sosial, seperti Twitter dan Instagram terjadi di pasar sayur Kedungboto.
Sudah sejak lama pasar itu menjadi sentra perdagangan komoditas sayuran, hasil dari pertanian warga sekitar. Tiap sore pasar tersebut ramai oleh aktivitas jual-beli sayuran.
Dalam video tersebut, tampak seorang pedagang berhelm biru dan berbaju hitam ikut membuang sayur sawi ke sungai.
Selain itu, tampak pedagang lainnya berbaju ungu dan oranye serta bertopi cokelat ikut aksi buang sayur sawi ke sungai tersebut.
"Wis entek duwik e golek maneh, ajur-ajur. Rombonge sisan. Wis gak onok maneh, (sudah habis uangnya cari lagi, hancur-hancur, rombongnya juga, sudah tak ada lagi)" ucap salah seorang petani dalam video yang beredar.
Melihat aksi pedagang dalam video tersebut, Prihasto mengatakan bahwa dampak dari PSBB salah satunya memang berkurangnya permintaan bahan pangan hasil petani karena banyak restoran atau usaha kuliner lainnya ditutup sementara.
"Semoga pandemi ini segera berlalu ya, jadi aktivitas kita bisa berjalan normal kembal," pungkasnya. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi