jpnn.com, JAKARTA - Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Ali Jamil buka-bukaan soal kendala pada budi daya tebu di Indonesia.
Menurut Ali, masalah utamanya adalah kekurangan tenaga kerja baik dari penanaman sampai panen.
BACA JUGA: Pupuk Indonesia Persiapkan Uji Coba Aplikasi Tebus Pupuk Bersubsidi i-Pubers di 3 Provinsi
Oleh karena itu, pengembangan alat mesin pertanian (alsintan) untuk budi daya tebu mulai dari pembibitan sampai panen sangat penting dilakukan.
Beberapa alsintan itu adalah alat untuk menanam tebu, bongkar ratoon dan rawat ratoon, alat pengkletek dan alat panen.
BACA JUGA: Petani Tebu Cirebon Deklarasikan Dukungan Untuk Ganjar Pranowo
"Alsintan tebu dari hulu sampai hilir sudah beres. Tinggal nanti bisa diterapkan sebagaimana taksi alsintan, petani tebu bisa menyewa sesuai kebutuhannya,” jelas Ali Jamil dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (12/7).
Ali Jamil mengatakan bahwa Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo terus mendorong pemanfaatan alsintan dalam usaha tani secara maju, mandiri dan modern.
"Namun, ada keterbatasan anggaran pemerintah dari Tahun 2015 yang mencapai Rp 3,5 triliun kini hanya sekitar Rp 300-400 miliar, kami mengajak petani untuk memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) alsintan,” ungkap Ali Jamil.
Ali Jamil menjelaskan sejak Presiden Jokowi me-launching Program Taksi Alsintan Agustus 2022 lalu di Kab Gresik Jawa Timur, maka oleh Pemerintah melalui Permenko Bidang Perekonomian No. 03/2023 Tentang Kredit Usaha Alsintan dan ditindaklanjuti dengan Permentan 21/2023 Tentang Taksi Alat dan Mesin Pertanian, maka Program Taksi Alsintan ini sudah semakin dirasakan oleh masyarakat petani.
"Pemerintah melakukan relaksasi KUR. Jika sebelumnya bunga KUR sebesar 6 persen, kini turun menjadi 3 persen. Begitu juga uang muka pinjaman, turun dari 30 menjadi 20 persen," tuturnya.
Hal ini terbukti dari realisasi pembelian alsintan melalui pola Kredit Usaha Alsintan ini telah terealisasi sebanyak 442 unit Traktor Roda Empat, 1.388 unit Combine Harvester, dan 36 unit Traktor Crawler dengan nilai total sekitar Rp 817 miliar.
“Plafon juga dinaikkan menjadi Rp 2 miliar. Dengan nilai kredit yang lebih besar, petani atau pekebun bisa mengadakan unit alsintan besar, seperti alat panen tebu,” jelasnya.
Ali Jamil berharap ke depan petani/pekebun tidak lagi tergantung dengan pola bantuan pemerintah, termasuk dalam pengadaan alsintan.
Menurutnya, selama ini pekebun memang rata-rata sudah mandiri dan tidak tergantung bantuan, seperti program untuk petani tanaman pangan, ke depan akan mengembangkan program Taksi Alsintan untuk pekebun (Alsinbun).
“Sekarang ini bagaimana kita menguatkan kelembagaan UPJA dan fasilitasi Taksi Alsintan agar alsintan makin banyak di lapangan dan optimalisasi alsintan tingkat petani,” katanya.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) melakukan panen tebu di Desa Sidamulya kecamatan Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat. Mentan mendorong petani perkebunan tebu memanfaatkan program taksi Alsintan untuk membeli alat mesin perkebunan.
Seusai melakukan kegiatan panen tebu, Mentan bersama rombongan jajaran lingkup Kementan turut meninjau pabrik gula di Sindanglaut, dan melaksanakan penandatanganan MoU.
Mentan SYL sangat mengapresiasi kerjasama antara Direktorat Jenderal Perkebunan dan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dengan PT Corin Mulia Gemilang dalam menginisiasi model taksi alat mesin perkebunan (TITAN).
"Melalui model TITAN ini diharapkan dapat mengatasi kelangkaan tenaga kerja dan menekan biaya usaha tebu seminimal mungkin," ujar Mentan SYL, Selasa (11/7/2023).
Paket TITAN menyediakan alsin mulai dari pengolahan lahan, tanam, budidaya, panen yang dapat diakses oleh petani dan disediakan oleh Pabrik Gula (PG) melalui mekanisme kemitraan.
"Pada kesempatan kali ini, Saya juga sangat mengapresiasi PT PG Rajawali II karena telah mendorong revitalisasi PG Sindanglaut untuk mulai giling pada 2023 yang telah idle sejak 2020," kata Mentan SYL.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul