Dirut Pertamina Paparkan Roadmap Bisnis Biofuel dan Dekarbonisasi di SALA Dialogues

Kamis, 17 Oktober 2024 – 11:12 WIB
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan roadmap bisnis Pertamina di bidang bisnis biofuels dan dekarbonisasi kepada pebisnis dan praktisi yang hadir pada Southeast Asia-Latin American Dialouges (SALA Dialogues) yang berlangsung di INSEAD Hoffmann Institute, Singapura, Rabu (16/10). Foto: Dokumentasi Humas Pertamina

jpnn.com, SINGAPURA - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memaparkan roadmap bisnis Pertamina di bidang bisnis biofuels dan dekarbonisasi kepada pebisnis dan praktisi yang hadir pada Southeast Asia-Latin American Dialouges (SALA Dialogues) yang dilaksanakan di INSEAD Hoffmann Institute, Singapura, Rabu (16/10).

Pada sesi Fuelling the Future: Biofuels and the Decarbonization Journey, Nicke menjabarkan Indonesia ke depan menghadapi 4 tantangan, yaitu pertama net importir minyak, target net zero emission 2060, target menuju high-income country dan membuka lapangan kerja.

BACA JUGA: Gelar PTGC di Singapura, Pertamina Ajak Mahasiswa Bangun Masa Depan Energi Berkelanjutan

Nicke menjelaskan biofuel dan program dekarbonisasi dapat menjadi jawaban bagi tantangan tersebut.

Dia menyampaikan Indonesia melalui Pertamina telah mengimplementasikan inisiatif biodiesel sejak 2010, kini telah berhasil memproduksi dan memanfaatkan biodiesel B35 yang terbukti berhasil mensubtitusi impor solar.

BACA JUGA: 16.600 Pelari JFR 2024 Dapat Jaminan Proteksi dari PertaLife Insurance by Pertamina

"Sejak April 2019 Pertamina sudah tidak lagi mengimpor solar dan avtur. Selain itu B35 juga mampu menurunkan emisi CO2 hingga 32,7 juta ton pada tahun 2023,” jelas Nicke.

Keunggulan lainnya dari biodiesel adalah kemudahan proses blending atau proses pencampuran fossil fuel dengan biodiesel.

BACA JUGA: Canggih! Injeksi CO2 CCUS Pertamina di Sukowati Dilengkapi Sistem Digital 24 Jam

Jika biofuel harus diproduksi di kilang dengan skala besar, namun untuk biodiesel blending dapat dilakukan di terminal akhir.

“Indahnya biodiesel adalah kemudahan proses blending yang dapat dilakukan di fuel terminal atau terminal akhir,"ungkap Nicke.

Nicke juga mengungkapkan Pertamina memiliki lebih dari 1000 fuel terminal di Indonesia.

"Ini akan mendorong pembangunan bioethanol plants yang tentunya akan turut meningkatkan ekonomi lokal serta menciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.

Lebih lanjut Nicke menjelaskan kesuksesan implementasi biodiesel akan direplikasi untuk produk gasoline, yang diharapkan dapat menurunkan impor dan di saat yang sama mencapai ketahanan energi nasional.

Saat ini, Pertamina telah memulainya dengan produk biofuel E5.

“Kita telah memulai biofuel dengan E5 di beberapa wilayah di Jawa, yaitu di Jawa Timur dan secara bertahap meningkatkannya,” jelas Nicke.

Nicke mengungkapkan Pertamina tidak bisa berjalan sendiri untuk melaksanakan tugas transisi energi dan inovasi berkelanjutan produk energi hijau.

Dibutuhkan kolaborasi dan transfer knowledge dengan mitra bisnis strategis juga negara lainnya.

Pada dialog ini, Nicke membuka peluang untuk bekerja sama dengan negara Amerika Latin untuk bersama mengembangkan biodiesel dan biofuel.

Untuk program bioethanol, Nicke melihat potensi kolaborasi antara Indonesia dan Brasil.

Nicke mengatakan pihaknya ingin belajar secara holistik bagaimana Brazil berhasil mengimplementasikan bioethanol, dimulai dari proses plantation, pengembangan bioethanol plant, teknologi, cara menarik investor juga dari sisi regulasi.

"Harapannya agar program bioethanol dapat mendukung capaian target net zero carbon,” tutup Nicke.

SALA Dialogues turut dihadiri 150 pelaku bisnis dan praktisi lintas sektor dari berbagai negara Southeast Asia dan Latin America.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membangun kolaborasi global untuk mendapatkan solusi dari isu net zero carbon dan isu ketahanan pangan dunia, yang nantinya dapat mendorong terbukanya bisnis baru serta peluang investasi antar negara.

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler