jpnn.com, GRESIK - Manajemen pabrik cokelat PT Jebe Koko, di Kecamatan Manyar akhirnya setuju berhenti produksi.
Pabrik itu berhenti sementara untuk memperbaiki mesin yang dinilai sebagai pemicu munculnya bau menyengat. Itulah yang diprotes masyarakat.
BACA JUGA: Benarkah Polusi Udara Bisa Picu Diabetes?
Demo warga terhadap pabrik itu dllakukan Jumat lalu. Ribuan warga berjalan ramai-ramai.
Ada tokoh agama, pemuda desa, sampai ibu rumah tangga. Mereka berkumpul di depan pintu pabrik, Jalan Raya Sukomulyo.
BACA JUGA: Lebih dari 95 Persen Populasi Dunia Menghirup Udara Buruk
Warga terlihat kesal. Berteriak-teriak. Sebagian menggedor-gedor pintu. Mendorongnya dan memaksa masuk.
"Pokoknya (PT Jebe Koko, Red) harus ditutup," teriak demonstran.
BACA JUGA: Kualitas Udara DKI Jakarta Membaik Jelang Lebaran
Amarah warga melandai setelah Gus Muid, seorang tokoh, meminta massa tenang. Manajemen pabrik diminta keluar untuk berunding.
Menurut Sofwan Hadi, koordinator aksi, sudah lama penduduk setempat resah.
Kegiatan agama jadi terganggu. Bahkan, ada yang sampai sesak napas.
Lelaki 48 tahun itu menambahkan, warga sebenarnya pernah menemui manajemen produsen cokelat tersebut. Pada 2017 lalu. Terjadi mediasi.
"Kami datang baik-baik. Tidak (demo, Red) seperti ini," katanya.
Tokoh masyarakat bertamu ke pabrik. Apa hasilnya? Waktu itu perusahaan berjanji memperbaiki mesin produksi. Katanya sedang rusak.
Kerusakan itu dikatakan sebagai sumber bau menyengat. "Sudah dua kali (pertemuan, Red). Tapi sampai sekarang masih mengeluarkan bau tidak sedap," jelas Sofwan.
Kemarin perusahaan juga meminta perwakilan warga masuk. Ada lima orang. Gus Muid salah satunya. Namun, negosiasi tidak menemukan kesepakatan.
Deadlock. Perusahaan minta negosiasi dilanjutkan di kantor Kecamatan Manyar.
Ferdinan, pimpinan PT Jebe Koko, berjalan di depan ribuan orang. Dia dikawal tokoh masyarakat. Lalu lintas sempat terhambat. Puluhan truk kontainer, mobil, dan motor menunggu.
Camat Manyar Suyono menegaskan, pihaknya, polsek, dan koramil hanya memfasilitasi pertemuan perusahaan dan masyarakat. Soal tuntutan warga?
"Silakan pihak PT Jebe Koko yang menjawab," tuturnya.
Perundingan berhenti. Pimpinan pabrik minta waktu konsultasi ke petinggi lain perusahaan. Pukul 15.45 Ferdinan kembali.
Dia meminta waktu lagi sembilan bulan untuk melakukan uji coba. PT Jebe Koko minta tetap beroperasi sambil memperbaiki mesin yang rusak. Permintaan itu ditolak keras.
Pukul 16.30, Ferdinan akhirnya sepakat menandatangi pernyataan di atas meterai.
Dalam surat itu disebutkan, pabrik cokelat tersebut akan berhenti produksi sejak Jumat (13/7).
Perusahaan juga berkomitmen menghilangkan polusi udara (bau). Produksi akan dimulai lagi setelah ada perbaikan dan pengawasan.
Subur, seorang tokoh masyarakat, menyatakan, warga sebenarnya tidak menentang keberadaan pabrik PT Jebe Koko. Mereka hanya minta polusi udara berupa bau tidak sedap dihilangkan. (adi/c25/roz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Udara Jakarta Terburuk di Dunia
Redaktur & Reporter : Natalia