Diskotek Top One: Ratusan Orang Disembunyikan di Tangga Darurat

Selasa, 07 Juli 2020 – 22:55 WIB
Aparat Satpol PP Jakarta Barat mendata para pengunjung Diskotek Top One yang melanggar aturan PSBB transisi fase 1 di Jakarta, Jumat (3/7). Foto: ANTARA/Devi Nindy

jpnn.com, JAKARTA - Penyegelan diskotek Top One oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) DKI Jakarta dan Satpol PP Jakbar pada Jumat (3/7) lalu, menyimpan cerita dari para pengunjung.

Berdasarkan pengakuan salah satu pengunjung, Wanda, Selasa, permintaan itu dilakukan manajemen sejak pukul 03.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB, sebelum diskotek tersebut digerebek dan ditemukan beroperasi di tengah PSBB transisi.

BACA JUGA: Diskotek Golden Crown Sudah Menang, Anak Buah Anies Baswedan Masih Ngotot

Wanda mengaku dia dan ratusan pengunjung lainnya diminta bersembunyi oleh pengelola dengan alasan ada razia yang digelar Badan Narkotika Nasional (BNN).

"Jadi dibilangnya ada razia BNN, kami semua dikumpulin di tangga darurat, lampu dan AC semua dimatiin, gelap gulita lah," ucap Wanda saat dihubungi.

BACA JUGA: Lurah Kecolongan, Begini Akal-akalan Diskotek Top One Buka saat PSBB Transisi

Mereka pun mengeluh karena panas dan pengap, namun pengelola tetap meminta mereka bertahan, dan ponsel mereka pun diminta dikumpulkan oleh pihak keamanan Top One.

"Sebelum ponsel disita itu saya masih sempat minta taksi online jemput, soalnya dibilang jam enam bisa keluar. Tapi sampai pagi kami masih dikunciin juga," tuturnya.

BACA JUGA: Maaf Saudara-Saudara... Sultan Gitu Loh!

Wanda menceritakan tepat sebelum pukul 10.00 WIB dirinya baru bisa bernapas cukup leluasa, usai sejumlah petugas Top One meminta para pengunjung untuk berpindah tempat menuju lantai paling atas.

"Kami dipindah ke  roof top, di situ lega, tapi masih belum boleh keluar karena katanya masih ada BNN," ujarnya.

Selang beberapa waktu terdengar hentakan kaki dan teriakan dari lantai bawah, yang belakangan diketahui puluhan petugas Satpol PP yang merangsek masuk gedung Top One.

Tidak berselang lama sejumlah anggota kepolisian dan Satpol PP menuju ruangan, tempat berkumpulnya seluruh pengunjung Top One.

Ketika itu, meski dirinya khawatir ditangkap aparat, Wanda mengaku gembira dapat meninggalkan Top One dan bisa segera pulang ke rumah.

"Takut campur seneng, seneng bisa keluar dari situ," ucapnya.

Dirinya bersama seluruh pengunjung pun diminta untuk turun dan meninggalkan gedung. Setelah dikumpulkan di bagian belakang gedung, mereka kemudian didata hingga akhirnya dipulangkan.

"Dari kejadian ini saya kapok, saya nggak lagi ke situ (Top One), itu karena saya diajak aja sama temen, baru sekali-kalinya ke situ," ujar dia.

Penguncian gedung

Adapun Humas Top One, Andry belakangan mengakui pihaknya mengunci gedung dan menempatkan seluruh pengunjung di roof top.

"Kan, tidak masuk akal orang lagi panik ketakutan kok mau berbuat yang tidak-tidak. Suasananya mencekam ditambah banyak ruangan masih gelap gulita," kata Andry dikonfirmasi pada Senin (6/7).

Lebih lanjut, Andry mengatakan mereka memohon pembinaan pada Pemprov DKI Jakarta.

"Pada dasarnya kami mohon pembinaan Pemerintah DKI Jakarta agar usaha di sektor tempat hiburan tetap berjalan sebagai mana mestinya," tuturnya.

Sebelumnya, Kepala Seksi Pengawasan Parekraf DKI Jakarta, Iffan mengungkapkan pelanggaran yang dilakukan Top One masif karena ditemukannya lebih dari 130 orang di dalamnya.

Bahkan ada dugaan penyalahgunaan narkoba dan beberapa pelanggaran lain. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler