Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jatim Arifin T Hariadi mengakui ada kenaikan harga daging di pasaran. Bahkan, kenaikan itu merata di seluruh daerah. Berdasar pantauan harga di pasar tradisional Surabaya menunjukkan harga daging cenderung mengalami kenaikan.
Seperti di pasar Wonokromo naik menjadi Rp 80.000 per kg dari hari sebelumnya Rp 77.500 per kg. Sedangkan di pasar Pucang Anom harga meningkat menjadi Rp 79.000 dari hari sebelumnya Rp 77.500 per kg. Malah, di beberapa pasar tradisional lainnya, selama dua hari berturut-turut bertahan di posisi Rp 80.000 per kg.
"Yang pasti, kami akan terus memantau baik perkembangan harga maupun pasokan. Serta, mengimbau pada satuan kerja terkait, peternak, pedagang, pengelola RPH dan asosiasi agar menjalankan perannya untuk mewujudkan stabilitas harga," ucap dia, Jumat (23/11).
Dia berpendapat, perkembangan isu yang menyatakan kenaikan harga daging dipicu kurangnya pasokan ternak potong tidak tepat. Pasalnya, merujuk dari data populasi ternak Dinas Peternakan Jatim yang menjamin ketersediaan ternak potong untuk pasar jatim. Bahkan terbilang surplus, sehingga sapi bakalan dikirim ke luar Jatim.
"Menurut analisis kami, kondisi itu disebabkan adanya ketidaksesuaian harga jual peternak dan harga beli pedagang. Oleh karena itu, pemerintah provinsi tidak perlu mengambil kebijakan terhadap isu kurangnya pasokan. Berdasar data yang ada masih mencukupi," tandasnya. Dinas Peternakan Jatim mencatat, jumlah sapi yang siap potong tahun ini sebanyak 495.984 ekor dan kuota sapi yang dikirim ke luar Jatim 148.593 ekor.
Terkait melambungnya harga, lanjut dia, sementara waktu dapat disikapi konsumen dengan memanfaatkan alternatif lain. "Untuk pemenuhan kebutuhan gizi, masyarakat dapat mengonsumsi daging ayam, daging kambing maupun ikan. Apalagi, potensi hasil laut jatim juga besar," tukas Arifin.
Sebelumnya, Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Jatim Muthowif mengatakan untuk mengatasi kelangkaan sapi bakalan dengan menghentikan pengiriman ke luar Jatim. "Kebutuhan jatim cukup tinggi, karena itu lebih baik pasokan sapi bakalan diprioritaskan untuk konsumsi lokal," tuturnya. (res)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Monopoli Perusahaan, Petani Kelapa Menjerit
Redaktur : Tim Redaksi