Pria yang biasa disapa Foke ini menolak menjawab pertanyaan terkait isu politik uang dalam Pilkada DKI. Alasannya, isu politik uang itu tidak relevan dengan agenda kerjanya.
Salah satunya pertanyaan mengenai dugaan adanya praktik politik uang yang marak terjadi di beberapa wilayah Jakarta selama masa tenang.
"Saya tidak mau menjawab karena tidak relevan dengan acara ini," ujar Foke kepada wartawan di rumah dinasnya di Jalan Taman Suropati nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (19/9).
Ia pun meminta media untuk tidak membesar-besarkan kabar soal politik uang itu. Menurut Foke, kabar yang beredar itu masih belum jelas kebenarannya.
"Udah, udah lah jangan pada ngeres aja," imbuh gubernur berkumis itu.
Sebelumnya diberitakan, jelang hari pemungutan suara Panwaslu DKI Jakarta menerima beberapa laporan prakek politik uang di beberapa lokasi di Jakarta. Selasa kemarin (18/9), tim advokasi Jakarta Baru melaporkan aksi pembagian sembako dan uang di daerah Tanah Abang, Klender dan Petak Sembilan.
"Pertama, pembagian sembako dan uang secara langsung di rusun Tanah Abang pada 15 September, Pasar Perumnas Klender pada 14 September dan di Petak Sembilan Jakarta Pusat pada 16 September," ujar Habiburokhman.
Selain itu Indonesia Budget Center (IBC), kemarin juga merilis temuan yang menyebutkan bahwa Fauzi Bowo selaku gubernur telah menggunakan dana hibah/bansos untuk kepentingan kampanye. IBC menuduh Fauzi Bowo telah mengalokasikan sebagian dana hibah/bansos kepada lembaga/ormas yang memiliki kedekatan dengannya.
"Lembaga atau ormas penerima hibah dan bansos dengan nilai Rp17,14 miliar terindikasi memiliki relasi politik dengan kandidat incumbent. Relasi politik yang dimaksud adalah sebagai ormas pendukung, penyumbang dana kampanye, serta tim sukses. Ada sekitar 21 lembaga atau ormas," ujar Direktur IBC, Arif Nur Alam. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyebar SARA Anti Cina Ditangkap
Redaktur : Tim Redaksi