Ditutup, Ilmuan Indonesia Ekspansi Layanan Terapi Kanker ke Negeri Tetangga

Jumat, 12 Februari 2016 – 06:41 WIB
ilmuan penemu alat terapi kanker (Electro-Capacitive Cancer Therapy/ECCT) Warsito Purwo Taruno. Foto: dok.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Kabar ilmuan penemu alat terapi kanker (Electro-Capacitive Cancer Therapy/ECCT) Warsito Purwo Taruno hengkang ke luar negeri semakin ramai.  Warsito lantas mengklarifikasi, bahwa yang sekarang sedang digarap adalah ekspansi layanan ECCT di luar negeri. Meskipun begitu dia berharap akar teknologi ECCT tetap bertahan di Indonesia.

Pria kelahiran Karanganyar, 15 Mei 1967 itu menegaskan tidak hengkang ke luar negeri. Menurutnya istilah yang lebih tepat adalah, ia sedang mengembangkan layanan terapi kanker komplementer bersama negara-negara yang ingin bekerjasama.

BACA JUGA: Komentar LINE yang Banjir Kecaman Soal Sticker LGBT

 ’’Kami masih berusaha untuk mengembangkan riset dan teknologi serta produksinya di dalam negeri,’’ tuturnya.

Warsito mengatakan, saat ini dia terus melakukan pelatihan-pelatihan penggunaan piranti ECCT di sejumlah negara.

BACA JUGA: Tampilkan Sticker Dua Pria Berciuman, Aplikasi Banjir Kecaman

 ’’Yang sudah jalan di Jepang, Polandia, dan Jerman. 15 negara lainnya seperti Amerika Serikat, Australia, dan Singapura menyusul berikutnya,’’ urainya saat dihubungi.

Warsito menjelaskan setelah layanan terapinya di Serpong ditutup pemerintah, dia tetap mengepakkan sayap penggunaan teknologinya. Dengan segala kenekatannya dia mengatakan teknologinya itu akhirnya bisa digunakan di tiga negara tadi. Khusus di Jepang, namanya dimodifikasi supaya lolos izin komplementer di negeri Sakura itu.

BACA JUGA: Emoticon Gay di LINE, Ini Reaksi Menkominfo

Warsito mengatakan harga jasa terapinya ternyata jauh lebih mahal ketika dioperasikan di luar negeri. Dia mencontohkan ketika masih beroperasi di Serpong, layanan deteksi kanker berkisar Rp 10 juta per set. Tetapi untuk layanan deteksi, bisa mencapai USD 50 ribu (Rp 672 juta) per set perlengkapan.

Meskipun setelah di luar negeri harga layanan ECCT melonjak, Warsito mengatakan masih ada pelanggannya yang memburunya. ’’Ada yang nekat terbang sampai ke luar negeri,’’ katanya. Dia berharap dengan alasan kesehatan dan keilmuan, pemerintah Indonesia segera merampungkan perizinan operasional ECCT karyanya.

Warsito menjelaskan di luar negeri ada aturan tentang penggunaan perangkat komplementer dan paliatif. Contohnya Jerman adalah negara paling banyak mengembangkan teknologi ini. Dia mencontohkan perangkat berbasis te knologi baru non-konvensional terkini adalah imunoterapi yang dipromosikan oleh Joe Biden.

’’Di Jepang dan Polandia teknologi imunoterapi ini digabung dengan alat kami,’’ jelasnya. (wan/flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukti Teknologi Bisa Hancurkan Pernikahan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler