jpnn.com, MEDAN - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto beserta Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno tepi bukit Danau Toba, Kota Parapat, Senin (17/12). Dalam kunjungan kali ini, PDI Perjuangan meminta seluruh warga terutama pemimpin tidak cengeng menjalani kehidupannya.
Sementara itu, dalam kegiatan yang merupakan rangkaian Safari Kebangsaan III di Sumatera Utara ini, Djarot mengatakan anak bangsa wajib belajar kepada sejarah para pendiri bangsa.
BACA JUGA: Gus Sholah Dukung Jokowi? Simak Penjelasan dari Ipang Wahid
“Khususnya bagaimana para pemimpin bangsa mampu menghadapi tantangan itu dengan tegas, tidak cengeng, tegas," kata Djarot.
Mantan calon gubernur Sumatera Utara ini mengatakan keberadaan Bung Karno bersama Haji Agus Salim dan Sjahrir membuktikan perbedaan pemikiran di antara mereka tak menjauhkan diri dari hubungan silaturahmi yang baik. Bersama-sama, para bapak bangsa itu masih bisa berdiskusi secara produktif demi kepentingan bangsa.
BACA JUGA: Iwan Fals: Pilih 1 atau 2?
“Inilah yang sebetulnya kita petik, ketika kita mengetahui akar sejarah bangsa," kata Djarot.
Djarot juga meminta semua elite politik untuk intropeksi diri. Sebab, Djarot merasa kualitas berpikir elite semakin menurun.
BACA JUGA: PDIP Sesumbar Jokowi Menang Mutlak di Dua Daerah Ini
“Tidak berdiskusi secara subtansif. Hanya suka berkata-kata, suka membenci, suka mencaci, suka memfitnah, tapi tidak pernah melahirkan pemikiran yang produktif untuk kebaikan bangsa ini," ujar diam
Safari Politik Kebangsaan III menyusuri Provinsi Sumatera Utara (Sumut) diakhiri di Rumah Pengasingan Bung Karno itu. Kunjungan ini sebagai refleksi serta penguatan bahwa di dalam perjuangan itu harus tegar dan tak boleh cengeng.
Pada akhir tahun 1948, Belanda yang hendak menjajah kembali Indonesia, mengasingkan Proklamator dan Presiden RI Pertama Soekarno. Awalnya, Bung Karno diasingkan di Berastagi, sekitar 110 kilometer jaraknya dari Parapat. Di situ, Bung Karno diasingkan bersama Haji Agus Salim dan Sjahrir.
Saat di Berastagi, Belanda berpesan kepada seseorang untuk membunuh Bung Karno. Namun, sang pembunuh bayaran justru membatalkan orderan itu, sekaligus memberi tahu Putra Sang Fajar untuk berhati-hati. 12 hari di Berastagi, Belanda memindahkan Bung Karno dan kawan-kawan ke rumah di Parapat itu. Selama dua bulan mereka ditawan di sana.
Dari rumah pengasingan ini Bung Karno bisa menikmati keindahan Pulau Samosir dan Danau Toba. Danau luas membentang, dengan air tampak jernih, serta baris perbukitan yang mengelilinginya.
Rumahnya berlantai dua. Disebut rumah itu dibangun oleh Belanda pada 1820. Ukurannya sekitar 10 kali 20 meter dan dikelilingi taman yang cukup luas. Arsitekturnya bergaya bangunan klasik khas negara-negara Eropa di abad 19.
Rumah itu terdiri dari beberapa ruangan. Seperti untuk kamar tidur, ruang membaca, hingga ruang untuk salat. Hasto Kristiyanto bersama sejumlah kader PDIP yang hadir sempat bersila di ruangan salat itu. Hasto dan kawan-kawannya memanjatkan doa kepada Allah SWT.(tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ingat, Kader PDIP Jangan Sampai Terlena Hasil Survei
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga