JAKARTA - Kekalahan telak 10-0 timnas Indonesia dari Bahrain dianggap sebagai bukti kondisi persepakbolaan nasional sudah semakin hancur. Hal itu dinilai sebagai bukti ketidakmampuan Djohar Arifin Husin memimpin PSSI yang mengkloning klub dan pengprov PSSI.
"Sejak awal saya berani bertaruh potong kuping kalau Djohar bisa memimpin PSSI lebih baik. Sekarang kan timnas yang dibanggakannya itu kalah 10-0. Ini jelas sejarah buruk sepakbola Indonesia," kata mantan Deputy -IV Kemenpora, Junusul Khairy di Jakarta, Kamis (1/3).
Mantan pelatih fisik PS Semen Padang yang pernah menjadi bawahan Djohar ini menyayangkan kepemimpinan di PSSI yang menghambat putra terbaik bangsa di bidang sepakbola untuk membela merah putih.
"Wajah bangsa dipertaruhkan, kita malu dengan kekalahan yang belum seburuk ini. Ini sepenuhnya kesalahan Djohar yang tidak memperkenankan pemain dari ISL yang dianggapnya ilegal untuk memperkuat timnas," tegasnya.
Mengapa Junusul menuntut Djohar mundur? "Kalau Djohar tidak turun, sepakbola Indonesia akan semakin buruk ke depannya," jawabnya.
Bukan hanya prestasi semakin anjlok dengan adanya diskriminasi, kata Junusul, dampak yang lebih parah lagi bisa ditimbulkan dengan kebiasaan buruk Djohar melakukan kloning. Seperti PSMS menjadi dua, Persija Jakarta, Persis Solo, PSIS, bahkan Arema menjadi tiga.
"Klub-klub yang dikloning itu kan punya pendukung fanatik. Bagaimana kalau sampai mereka berbenturan. Kan, bisa menimbulkan korban," jelasnya. Menurutnya, tindakan tersebut sama saja memecah masyarakat sepakbola. Padahal, sambungnya, misi pendirian PSSI adalah sebagai alat perekat anak bangsa.
Lebih jauh Junusul menilai wajar saja jika muncul Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) yang memfasilitasi keinginan 2/3 lebih anggota PSSI untuk Kongres Luar Biasa (KLB).
"Wajar saja kalau muncul keinginan lebih 2/3 kecewa dan ingin mengganti Djohar melalui KLB," tandasnya. "Saya menyayangkan sebagai profesor, dia mempertaruhkan gelar akademiknya, apalagi sampai dijadikan boneka," tutupnya.
Sayang, cercaan dan kekecewaan publik ditangkap berbeda oleh PSSI. Induk olahraga sepak bola tanah air itu justru menilai kekalahan bukan karena kualitas permainan yang jauh, tapi karena keberpihakan wasit yang berat sebelah. "Ini permainan gila. Kasihan anak-anak dikorbankan oleh was it," kata koordinator timnas Bob Hippy melalui pesan singkat dari Bahrain.
Djohar yang berulangkali dihubungi INDOPOS (JPNN Group) juga tidak kunjung tersambung. Handphone mantan Sekjen KONI itu tidak aktif. Kabarnya, Djohar juga ada di Bahrain.(lis)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Stoner-Pedrosa Kembali Finish 1 dan 2, Yamaha Kedodoran
Redaktur : Tim Redaksi