Djoko Tjandra Tertangkap, Reza Indragiri: Wajar, Namanya Penjahat ya

Jumat, 31 Juli 2020 – 15:34 WIB
Djoko Tjandra digelandang petugas polisi setibanya di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Kamis (30/7/2020). Ia ditangkap di Malaysia. Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja

jpnn.com, JAKARTA - Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel menilai penangkapan Djoko Tjandra oleh Tim Bareskrim dan Propam Polri adalah hal biasa.

Menurutnya, hal itu sesuatu yang wajar dilakukan aparat kepolisian dan tidak perlu dibesar-besarkan.

BACA JUGA: Djoko Tjandra Tertangkap, Mahfud MD Tak Kaget, Begini Ceritanya, Ternyata

"Djoko Tjandra tertangkap, okelah ini bagus. Namun, bagi saya penangkapan itu wajar-wajar saja. Enggak ada yang luar biasa tuh," kata Reza dalam pesan elektroniknya, Jumat (31/7).

Bagi Reza, penangkapan Djoko Tjandra hanya membuktikan kerja yang dinilai serius.

BACA JUGA: Bagi Anda yang Belum Tahu Kasus Djoko Tjandra, Silakan Baca

Sebab, selama ini seperti disinyalir masyarakat, kepolisian tidak serius menuntaskan kasus Djoko Tjandra. Bahwa nanti diproses hukum, itu pun biasa saja.

"Ini proses yang normatif. Yang namanya penjahat ya kudu diburu lembaga penegakan hukum," ucapnya.

BACA JUGA: Anang dan Ashanty Kurban 3 Ekor Sapi, Namanya Unik

Dengan dasar sikap seperti itu, walau tidak dinihilkan, menurut Reza, tidak ada nilai tambah dari penangkapan tersebut.

Apalagi jika dikaitkan-kaitkan dengan isu jelang pergantian kapolri.

"Saya lebih respek kalau penangkapan ini menjadi jalan pembuka bagi pembersihan di seluruh lembaga penegakan hukum. Pembersihan lewat penindakan organisasi dan pidana, lalu hasilnya diumumkan ke publik," bebernya.

Mengapa demikian? Reza berpendapat, di institusi penegakan hukum marak subkultur bernama Blue Curtain Code atau Code of Silence.

Yaitu kebiasaan menyimpang untuk menutup-nutupi kesalahan sesama kolega.

Code of silence terdapat pada seluruh lapisan organisasi penegakan hukum. Namun efeknya lebih destruktif ketika berlangsung di jajaran petinggi.

"Alhasil, siapapun yang mampu menolak Code of Silence itu, artinya sanggup melakukan pembersihan internal, dialah yg cocok menjadi orang nomor satu di organisasinya," pungkasnya. (esy/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler