jpnn.com, JAKARTA - Polemik mengenai BPA (Bisphenol-A) masih terus berlanjut. Salah satu isu yang berkembang, yakni kaitan zat tersebut terhadap infertilitas.
Spesialis kandungan & kebidanan dari Tzu Chi Hospital dr. Ervan Surya, Sp.OG menyampaikan masyarakat perlu cermat ketika membaca penelitian mengenai BPA yang beredar di media sosial.
BACA JUGA: Hamil Anak Pertama, Syahrini Ungkap Usia Kandungan
“Berdasarkan studi meta-analisis, tidak ada korelasi antara BPA dengan gangguan kesuburan," kata dr. Ervan Surya dalam diskusi kesehatan besutan Forum Ngobras, Senin (14/9).
Sebuah studi meta-analisis yang dilakukan sepanjang 2013 – 2022 meneliti kaitan antara BPA dan fertilitas perempuan dengan melihat tiga parameter: kebutuhan akan IVF (in-vitro fertilization) atau bayi tabung, PCOS (polycystic ovarian syndrome) dan endometriosis. Ternyata tidak ditemukan hubungan antara BPA dengan endometriosis, IVF dan PCOS,” ujarnya.
BACA JUGA: Gandeng Renatta Moeloek, Diamonie Rilis Skincare Revolusioner dengan Kandungan Q10+
Isu lain menyebutkan bahwa BPA bisa menyebabkan persalinan prematur. Hal ini tidak terbukti melalui studi meta-analisis terhadap 7 penelitian dengan total 3.004 partisipan. Studi meta-analisis lain mengulas hubungan antara paparan BPA saat kehamilan dengan kelahiran.
"Kesimpulannya, tidak ada kaitan antara paparan BPA dengan usia kehamilan, panjang bayi, berat badan bayi, dan lingkar kepala bayi,” papar dr. Ervan.
BACA JUGA: Cerita Joshua Saat Rasakan Tendangan Calon Anaknya dalam Kandungan Istri, Terus-Terusan
Penyebab persalinan prematur cukup beragam. Yang paling sering antara lain infeksi saluran kemih (ISK) dan infeksi vagina, sambungnya.
Dia melanjutkan, tidak ada kaitan BPA dengan infertilitas pada laki-laki. Mungkin membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Hubungan antara BPA dengan mikropenis pun belum belum dia temukan. Mikropenis itu penyebabnya banyak.
Bisa kongenital, atau gangguan perkembangan organ seksual pada janin.
"Jangan jadikan satu hal sebagai kambing hitamnya, kita harus lihat berbagai kemungkinan,” ujar dr. Ervan.
Infertilitas bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki. Pada perempuan, penyebab infertilitas 40% gangguan pada tuba fallopi dan panggul, 40% lagi disfungsi ovulasi, dan 10% yang tidak biasa misalnya autoimun.
Pada laki-laki, infertilitas berhubungan dengan gangguan sperma. Kualitas dan kuantitas sperma bisa terganggu karena pelebaran pembuluh darah atau varises pada testis (varikokel).
"Bisa pula karena ada gangguan pada pabrik sperma, dan disfungsi seksual,” papar dr. Ervan.
Ia menegaskan, yang telah terbukti bisa memicu infertilitas adalah rokok dan alkohol. Kausalitas antara rokok dan infertilitas sudah jelas, tapi banyak yang tetap merokok. Sedangkan pada BPA yang belum pasti, kita malah ketakutan.
Pada kesempatan pengamat sosial dari Universitas Indonesia, DR. Devie Rahmawati, M.Hum menuturkan bahwa penyebaran misinformasi terkadang tanpa disadari dan disebabkan oleh 5P yaitu pahlawan, pengetahuan dan pengalaman lemah, pergaulan terdekat, personalitas dan platform.
“Bila kita punya pengetahuan dan pengalaman, misinformasi tidak gampang merasuk. Sebaliknya bila tidak ada, kita akan mudah terpeleset informasi yang tidak jelas,” ungkap Devie.
Untuk mencegah penyebaran misinformasi, tambahnya, perlu kolaborasi antara penulis, konten kreator, pesohor, platform, dan pembaca. Ada banyak cara untuk melakukan cek fakta; ini bisa dimanfaatkan.
"Ruang digital bisa menjadi hal yang positif bila dimanfaatkan dengan baik,” pungkas Devie. (esy/jpnn)
Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Mesyia Muhammad