Donald Trump jadi Presiden AS Alamat Bahaya Buat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kamis, 07 November 2024 – 13:33 WIB
Donald Trump. Foto: Jim Watson/AFP

jpnn.com - JAKARTA - Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII) Putu Rusta Adijaya menilai terpilihnya Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat akan memberikan dampak besar buat Indonesia.

Putu juga mengungkapkan terpilih kembali Trump sebagai Presiden AS bisa meningkatkan kebijakan proteksionisme perdagangan internasional.

BACA JUGA: Prabowo Ucapkan Selamat kepada Donald Trump, Berharap Dapat Bekerja Sama Erat

Menurut Putu, terpilihnya Trump yang mengedepankan ‘America First’ sebagai motonya, bisa memberikan tekanan buat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, plus Trump dengan kebijakan ‘America First’-nya, akan dapat meningkatkan proteksionisme perdagangan internasional yang juga akan berimbas negatif bagi Indonesia. Dampak pertama tentu saja akan ada potensi pengurangan net export Indonesia karena Trump akan menaikkan sekitar 10-20 persen tarif barang-barang impor yang masuk ke AS,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/11).

BACA JUGA: Donald Trump Menang, Israel Bakal Makin Brutal di Timur Tengah

Pengurangan net export ini akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi triwulan-III 2024 adalah 4,95 persen year-on-year yang mana masih di bawah rerata 5 persen yang dicapai beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA: Dipastikan Menang Pilpres, Donald Trump Berjanji Akan Menyembuhkan Amerika

Dampak kedua adalah adanya capital outflow atau dolar pulang kampung ke AS karena Trump berjanji untuk memberikan insentif sangat besar, seperti pemotongan pajak dan deregulasi bagi perusahaan multinasional Amerika dan bahkan investor asing untuk lebih berfokus mengembangkan barang dan/atau jasanya di AS.

“Insentif maupun kondisi ekonomi domestik di AS lebih menarik dibandingkan kondisi ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia, maka terjadi capital outflow. Muaranya adalah ke pelemahan nilai tukar rupiah. Perusahaan di Indonesia yang berutang dengan dolar akan makin terbebani. Dampak jangka panjang yang ditakutkan adalah efisiensi perusahaan dengan PHK,” kata Putu.

Dia mengatakan retaliasi proteksionisme juga berpotensi akan dilakukan oleh negara-negara lain sebagai dampak ketiga. Hal ini akan membuat perdagangan internasional akan semakin menjauh dari semangat perdagangan bebas.

“Kebijakan proteksionisme sedang terjadi dan kemungkinan akan tereskalasi karena Trump. Makin berjamur. The Indonesian Institute melihat bahwa kebijakan proteksionis di seluruh dunia, seperti pembatasan perdagangan, memiliki Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 82,55 persen selama periode 2009-2022. CAGR pembatasan perdagangan yang diberlakukan untuk barang itu 77,63 persen, untuk jasa sebesar 61,68 persen, dan untuk investasi sebesar 52,04 persen,” katanya.

Terkait dengan hal itu, negara maju mendominasi banyaknya kebijakan proteksionis di dunia. Kalau nanti para mitra dagang Indonesia melakukan proteksionisme imbas dari kebijakan Trump, Indonesia akan makin merugi. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mufthia Ridwan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler