Dongkrak Pendapatan PNS, TNI-Polri dan Pensiunan, Bukan Beri Stimulus Kepada Pengusaha

Senin, 18 Januari 2021 – 10:05 WIB
Menaikkan gaji PNS, anggota TNI dan Polri, serta pensiunan lebih efektif mengatasi krisis akibat pandemi covid-19 ketimbang memberi stimulus kepada pengusaha. Ilustrasi Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ekonom Rizal Ramli mengatakan, pemerintah perlu mencontoh apa yang dilakukan India dan Turki mendongkrak kinerja ekonomi di masa krisis akibat pandemi. Caranya, dengan mendongkrak daya beli masyarakat bukan malah memberi stimulus kepada pengusaha.

"Saya dengar di Turki dan India tahun ini juga akan rebound lagi. Sama school of thinking-nya. Pompa daya beli rakyat. Jangan kasih stimulus sama pengusaha," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia di era Presiden Gus Dur ini dalam kanal YouTube Bravos Radio Indonesia.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Ibu Iriana Jokowi Lama tak Muncul, Ada yang Minta Tolong, Kondisi Rizieq Mengkhawatirkan, Gaji PNS

Rizal Ramli menanyakan soal stimulus itu kepada para pengusaha pemanfaatannya bagaimana. Mereka tetap susah bergerak karena daya beli masyarakat yang lemah di masa pandemi meski ada guyuran stimulus.

"Saya tanya teman-teman yang punya pabrik, kamu berapa kapasitas sekarang. Dia bilang sekarang bang 30 persen, seandainya kamu diberi setengah triliun rupiah stimulus kamu pake apa?," katanya.  

BACA JUGA: Naikkan Saja Gaji PNS, TNI, Polri, Pensiunan Hingga 125%

Jawaban para pengusaha untuk saat ini tidak mungkin menaikkan kapasitas, sehingga lebih memanfaatkan stimulus untuk hal lainnya.

"Ya bang enggak mungkin dinaikkin kapasitas. Terus kamu buat apa? Ya beli tanah, rumah - yang sudah jatuh harganya 50 persen. Beli mata uang asing, emas, dan lainnya," katanya. 

BACA JUGA: Pesan Romo Benny Kepada Komjen Listyo Calon Kapolri Pilihan Jokowi

Hal yang sama dilakukan pengusaha perhotelan. Dengan okupansi hanya 10 persen dan kadang malah 5 persen, susah untuk membiaya operasionalnya.

"Sama, begitu juga yang punya hotel. Saya tanya, kamu berapa hunian?, sekarang 10 persen bang, 5 persen kadang-kadang, buat bayar listrik saja kurang. Terus kalau kamu diberi stimulus 200 miliar kamu bikin apa?. Ya enggak bisa apa-apa, wong enggak ada tamu. Enggak ada yang menghuni. Terus kamu buat apa? ya beli tanah, beli rumah harganya sudah turun 50 persen, beli mata uang asing, emas," ujarnya. 

Jadi memberi stimulus kepada yang mampu (pengusaha) justru malah meningkatkan spekulasi, bukan menggerakkan ekonomi. 

"Justru memberi stimulus kepada yang besar malah meningkatkan spekulasi bukan meningkatkan recovery atau pertumbuhan ekonomi," ujarnya. 

Pemerintah diminta belajar mengatasi ekonomi seperti di era Presiden KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur, yang kini juga ditempuh oleh India dan Turki untuk membangkitkan ekonomi. 

"Belajarlah kepada India dan Turki saat ini kenapa mereka rebound sedangkan kita enggak ada kemajuan berbulan-bulan," ujarnya. 

Presiden Gus Dur konsisten memompa daya beli masyarakat menengah ke bawah selama krisis, termasuk konsisten menaikkan gaji pegawai negeri dan TNI/Polri. 

"Gaji PNS, TNI/Polri, pensiunan, naik 125 persen. Kemudian kami restrukturisasi kredit kecil dan sebagainya. Ekonomi kemudian bangkit dari minus 3 menjadi 4,5 persen, atau naik 7,5 persen dalam waktu 21 bulan. Ekspor naik dua kali lipat. Gini ratio terendah dalam sejarah. Kemiskinan juga berkurang 5 juta setiap tahunnya," pungkas Rizal Ramli.(esy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler