jpnn.com, BARITO KUALA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong seluruh daerah bisa membantu meningkatkan produktivitas pangan, termasuk melalui optimasi lahan (opla) rawa.
Pasalnya, luas baku sawah yang eksisting sebesar 7,4 juta hektare telah dimanfatkan dengan maksimal.
BACA JUGA: Kementan Dorong Upaya Percepatan Tanam Bawang Merah
Untuk membantu meningkatkan produktivitas pangan, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) meninjau dua lokasi opla rawa di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala dan Desa Manarap Baru, Kecamatan Kertak Hanyak, Kabupaten Banjar.
Mentan SYL mengatakan, Indonesia memiliki potensi lahan rawa sebesar 33.4 juta ha, tetapi terdapat beberapa faktor pembatas dalam pengelolaannya.
BACA JUGA: Kementan Luncurkan Antivirus Corona Berbasis Eucalyptus
Faktor pembatas dalam peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas di lahan rawa antara lain tingkat kesuburan lahan yang rendah, kemasaman tanah yang tinggi rezim air yang fluktuatif sehingga genangan air biasanya tinggi pada saat banjir/pasang, serta dangkal dan mengalami kekeringan pada saat musim kemarau.
"Selain itu infrastruktur lahan dan air yang masih sangat terbatas dan belum berfungsi dengan optimal. Biaya usaha tani di lahan rawa juga tinggi," ujar Mentan SYL.
BACA JUGA: Jurus Kementan Mengantisipasi Jatuhnya Harga Cabai di Tengah Pandemi
Dia menjelaskan, rendahnya produktivitas tanaman di daerah rawa dapat disebabkan oleh kurangnya suplai air ke sawah dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.
Dengan teknologi, riset, pupuk yang bagus, dan mekanisasi pertanian, maka lahan rawa dapat dimaksimal dengan sistem yang lebih baik.
"Maka diperlukan upaya optimasi lahan pertanian di lahan rawa dengan mengoptimalkan pertanian dilahan rawa menjadi lahan pertanian produktif. Yaitu melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan," tutur SYL.
Kegiatan opla rawa fokus pada perbaikan infrastruktur lahan dan air. Dengan prioritas pada kegiatan perbaikan tata air mikro, rehabilitasi atau pembangunan pintu-pintu air, pembangunan atau pembenahan infrastruktur lainnya di lahan rawa, serta peningkatan kualitas atau kesuburan lahan rawa.
"Optimasi lahan rawa kini jawaban untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terus terjaga di masa depan. Terutama dengan terus meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat," ujar Mentan SYL.
Dalam kesempatan itu, SYL juga menyampaikan sejumlah arahan seperti memperbaiki ekonomi wilayah melalui sektor pertanian.
“Karena pertanian terkait kehidupan sehari-hari penduduk. Pemda perlu membuat satu konsepsi perencanaan pembanguan pertanian di Kalsel dan Kementan akan mendukung. Manfaatkan KUR, perlu manajemen air dan tanam ragam komoditi di lahan rawa.
Sementara Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, pada tahun 2019 Provinsi Kalimantan Selatan dialokasikan kegiatan Optimasi Lahan Rawa seluas 120.000 Ha di sembilan kabupaten.
Dengan teknologi lahan rawa mampu meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200, dan juga produktivitas, manfaatnya terasa bahkan hingga dapat meningkatkan pendapatan petani.
“Jika minimal luasan yang ditanam mencapai 80.000 Ha dengan provitas 5 ton perhektare maka dapat menambah produksi mencapai 400.000 Ton, jika terus bisa dilakukan pertanaman kembali di musim tanam kedua program opla rawa ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani.” Kata Sarwo Edhy
Dia menjelaskan, lokasi-lokasi yang masuk ke wilayah opla rawa akan mendapatkan bantuan sarana produksi pertanian.
Seperti herbisida, dolomit, benih, pupuk hayati, dan bantuan lainnya dari pemerintah.
Sarwo Edhy mengungkapkan, program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani, penumbuhan dan pengembangan Kelompok Tani untuk melaksanakan Usaha Tani, serta pengembangan kawasan dan/atau cluster berbasis korporasi petani.
"Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya, sawah rawa bisa digarap sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Dengan begitu, petani bisa tidak hanya menanam padi sekali dalam setahun, tetapi dua atau tiga kali setahun," kata Sarwo.
Gapoktan Surya Indah sebagai penerima bantuan di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito ini mendapatkan alokasi kegiatan Optimasi Lahan dari Kementan pada Tahun 2019 untuk lahan seluas 493 ha. Kegiatan yang dilakukan adalah normalisasi saluran, pintu air, gorong gorong dan diberikan bantuan alsintan.
Semula provitas panen di area ini sebesar 4 ton/ha, namun setelah dilakukan optimasi lahan pertanian rawa IP meningkat jadi tanam yang semula 1 kali bisa menjadi 2 kali. Saat ini pada lahan seluas 400 ha ini ditanami dengan padi lokal seluas 350 ha dan 50 ha untuk padi unggul. Dengan umur tanaman 60 hari.
Sementara pada lokasi optimasi lahan rawa yang dikelola oleh Gapoktan Setumpun di Desa Manarap Baru Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, kegiatan optimasi lahan telah dilakukan yaitu peninggian tanggul, pembersihan saluran, serta pembuatan jembatan dan pintu air.
Provitas panen yang semula 2.5 ton/ha setelah dilakukan intervensi teknologi dan pengelolaan tata air melalui optimasi lahan rawa maka provitas panen saat ini meningkat hingga 4-5 ton/ha. (*/jpnn)
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi