Dorong Realisasi Pembangunan Pabrik Gula Terbesar di Sultra

Rabu, 04 Oktober 2017 – 21:17 WIB
Para petani sedang menaikkan tebu ke atas truk. Foto: dokumen Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin mengapresiasi rencana pemerintah membangun pabrik gula terbesar di Indonesia di Bombana, Sulawesi Tenggara. Akmal sangat berharap rencana itu segera terealisasi.

Legislator dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan II itu memang khawatir rencana pemerintah membangun pabrik gula di Bombana tak terealisasi. Sebab, merujuk pengalaman pembangunan pabrik gula di Glenmore, Banyuwangi yang dimulai pada Desember 2012 dan selesai Juni 2015, ternyata hingga kini tak berproduksi.

BACA JUGA: Komisi V akan Bantu Perluasan Pelabuhan Laut di Saumlaki

Ketua Kelompok Komisi IV FPKS DPR RI ini mengingatkan pemerintah bahwa pembangunan pabrik gula dengan skala besar biasanya memerlukan waktu dua periode pemerintahan. Indonesia sangat memerlukan pabrik gula dengan kapasitas produksi 8 ribu ton per hari.

Dengan kapasitas tersebut apabila masa giling 150 hari per tahun, maka diperlukan tebu sebanyak 900 ribu ton hingga 1,2 juta ton atau sebanding dengan luas tanam seluas 9 ribu hingga 10 ribu hektare.

BACA JUGA: DPR Dorong Parlemen Asia Selesaikan Krisis Rohingya

Karena itu perencanaannya harus matang. Mulai infrastruktur, pembangunan pabriknya hingga lahan tebu sebagai penyuplai bahan baku dalam menghadapi masa giling harus benar-benar dipersiapkan. 

“Pembangunan pabrik baru saat ini memang sangat mendesak. Akhir-akhir ini gula petani buruk kemungkinan besar sangat dipengaruhi kualitas pabrik zaman Belanda. Selain itu, kapasitas pabrik gula kebanyakan tidak besar. Yang terlihat sangat efisien pabrik gula saat ini  ada pada pabrik gula Kebon Agung di Jawa Timur ”, urai politikus Fraksi PKS ini.

BACA JUGA: RUU Penyiaran Berikan Ruang Bagi Iklan Rokok

Akmal yang juga anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR juga berharap agar pembangunan pabrik gula baru yang di rencanakan pemerintah berkapasitas besar sehingga masalah efisiensi mulai dari rendemen hingga memengaruhi biaya produksi gula dapat diatasi. Saat ini rendemen terbaik hanya berkisar 8 persen, bahkan di daerah Jawa Barat di bawah 7 persen.

Lebih lanjut Akmal mengatakan, kebutuhan membangun pabrik gula yang baik akan menghabiskan dana sekitar Rp 1,5 triliun hingga Rp 1,9 triliun. Apabila menteri pertanian dapat meyakinkan investor untuk berinvestasi ke pabrik gula hingga Rp 4 triliun, maka akan sangat baik bagi kelancaran eksekusi rencana pembangunan pabrik terbesar di Indonesia Timur.

“Saya Berharap ucapan menteri pertanian benar dan dapat merealisasikan pembangunan pabrik gula terbesar di Indonesia. Karena tidak mudah menjaga kesinambungan antara program pemerintah satu periode dengan periode selanjutnya. Salah satu penyebab kegagalan pabrik gula Glenmore adalah ketika pergantian kepemimpinan nasional, pembangunan pabrik gula belum selesai,” ucap Akmal.(adv/jpn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fadli Zon Dukung Gagasan Parlemen yang Terbuka


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
DPR  

Terpopuler