Dosen UIN Sultan Hasanudin Menyoroti Pentingnya Belajar Islam Secara Metodologis dan Bersanad

Jumat, 07 Mei 2021 – 17:17 WIB
Dr. Muhammad Sofin Sugito dalam acara Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan yang ditayangkan di akun YouTube BKNP PDI Perjuangan, Jumat (7/5). Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Pendakwah Dr. Muhammad Sofin Sugito mengatakan saat ini muncul kecenderungan generasi muda belajar agama Islam secara otodidak, namun tidak memerhatikan metodologi-metodologi dalam beragama.

Hal tersebut diulas oleh Dr. Muhammad Sofin Sugito dalam acara Inspirasi Sahur: Islam dan Kebangsaan yang ditayangkan di akun YouTube BKNP PDI Perjuangan, Jumat (7/5).

BACA JUGA: Dokter Tirta: Saya Termasuk Orang yang Kecewa dengan Larangan Mudik

Dosen UIN Sultan Hasanudin Serang Banten ini menuturkan, di dalam Islam, keberagamaan itu seyogyanya didasarkan dengan ilmu.

Allah SWT sangat menekankan hal tersebut dengan firmannya yakni, jangan sekali-kali engkau berpendapat dan memberi keputusan tanpa dasar ilmu.

BACA JUGA: Sekjen Parpol Koalisi Pemerintah Iftar di PDIP, Hasto Jadi Sahibulbait, Gus Miftah Beri Tausiah

“Berpendapat atau melakukan tafsir itu memiliki resiko karena nantinya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Rasullullah SAW, memiliki murid, dia mewariskan ilmunya kepada muridnya tersebut, kemudian turun hingga ke para ulama,” imbuhnya.

Pengajar Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences ini menyampaikan dari ulama, seringkali muncul kaidah-kaidah yang disebut sebagai metodologi agar lebih mudah dipahami dan dapat dipertanggunghawabkan kepada Allah SWT dengan baik.

BACA JUGA: Triwulan I 2021, Laba Bersih Bank Mega Capai Rp747 Miliar

“Dalam hadis Nabi dinyatakan bahwa Allah yang menghendaki seseorang hamba dengan kebaikan maka ia akan dipintarkan dalam majelis ilmu. Ilmu itu tidak bisa diperoleh kecuali harus belajar dengan guru untuk memperoleh pemahaman tentang. Karena manusia tentu tidak mungkin mempelajari sesuatu dari hal yang kosong, akan tetapi harus dari sumber informasi yakni guru,” ujarnya.

Dia menambahkan bahwa pentingnya bersanad atau berguru salah satunya adalah untuk memverifikasi informasi.

Bahkan seorang Presiden Soekarno pun kala itu juga memiliki sanad keilmuan Islam yang jelas dari H.O.S. Cokroaminoto yang pernah berguru dengan Ki Ageng Muhammad Besari dan jika dirunut ke atas merupakan murid Ki Ageng Donopuro yang juga merupakan murid Panembahan Senopati dan seterusnya.

Bahkan dulu Bung Karno setiap ingin mengambil keputusan penting negara juga memohon saran Kyai Hasyim Asy’ari.

Namun hal tersebut yakni terkait dengan sanad keilmuan nampak kurang familiar pada generasi muda saat ini. 

“Untuk mendalami makna filosofis dan hikmah dalam beribadah dan beragama, wajib hukumnya memiliki guru. Orang yang memiliki transfer misi keguruan itu adalah bagian dari mengokohkan ilmu agama. Kalau tidak ada transfer ilmu pengatahuan maka orang akan semaunya dalam berbicara agama,” tuturnya.

Sofian mencontohkan seperti belajar agama melalui YouTube, itu sangat dimungkinkan hanya mengetahui dasarnya saja karena terbatas dengan waktu, tema dan lain sebagainya.

"Keterbatasan ini sangat memungkinkan bagi yang mendengarkan akan salah paham atau paham sedikit kemudian langsung diamalkan, itu sangat berbahaya, karena sejatinya pendalaman perlu dilakukan dengan mulazamah atau bertatapmuka dengan guru,” kata Sofin.

Oleh karena itu, Sofian menekankan dalam mendalami ilmu agama tetap harus bertemu gurumu dan pegang metodologinya.(chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mudik Dilarang, Kominfo Ajak Masyarakat Bersilaturahmi Secara Virtual


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler