SIDOMULYO – Enggal Nurisman (31), Dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) diduga menjadi korban penculikan dan kekerasan organinasi aliran sesat.
Warga Desa Jakabaring, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyu Asin Sumsel itu, ditemukan warga dalam keadaan pingsan di dipingir jalan lintas sumetara (jalinsum) di Desa Sukamaju, Kecamatan Sidomulyo, Lamsel sekitar pukul 06.00 WIB (19/1). Saat ditemukan, Dosen Fakultas Teknik Kimia (Tekkim) Unsri itu, mengenakan baju kaus oblong lengan pendek, berwarna putih dan celana dasar warna krem.
Sesaat setelah ditemukan, sekitar pukul 06.30 wib, warga kemudian melaporkannya ke Mapolsek Sidomulyo. Kemudian, kelang setengah jam kemudian, atau sekitar pukul 07.00 wib, anggota Mapolsek langsung terjun ke lokasi kejadian dan langsung membawa nya ke Mapolsek.
Saat ditemui wartawan di Mapolsek Sidomulyo, kemarin (20/1), ayah satu anak itu masih terlihat shock dengan kejadian yang menimpanya dan terlihat pucat. Bukan itu saja, hampir di sekujur tubuh korban terlihat sejumlah bekas luka bakar dan sayatan akibat dianiaya oleh sekelompok orang yang ia duga organisasi aliran sesat.
Ia menuturkan, sebelum ditemukan warga di lokasi kejadian, dirinya disekap sekitar 2 bulan disebuah gedung. Namun sayangnya, ia mengaku tidak mengetahui daerah mana para pelaku itu menyekap dirinya.
Selama disekap, laki-laki berkaca mata itu mengaku hanya diberi makan gorengan oleh para pelaku. Bukan hanya itu, selama disekap diirnya didoktrin untuk mengikuti aliran organisasi para pelaku. ’’Saya sendiri saat itu tidak sepenuhnya sadar. Yang saya tahu, saat itu mereka mengajak bergabung untuk mengikuti ajaran mereka,’’ tuturnya, kemarin (20/1).
Korban juga belum dapat memastikan nama aliran itu. Karena para pelaku tidak menyebutkan nama organisasi mereka. ’’Tapi yang saya tahu, organisasi seperti ini sama persis dengan organisasi NII. Karena saya pernah mengikuti kegiatan semacam aliran tersebut. Yang jelas doktrin mereka menganggap Negara Indonesia bertentangan dengan ajaran Islam,’’ ungkap nya.
Ia juga menerangkan, saat disekap dirinya diberikan dua pilihan. Yakni, aliran Hisbullah dan Bussyaiton. Dimana jika korban mengikuti Hisbullah maka dia akan masuk surga. Namun, jika memilih Bussyaiton maka harga mati, akan masuk neraka.
Bukan itu saja, saat memberikan arahan, salah seorang pelaku berperawakan sedang dengan menggunakan penutup wajah berupa cadar, membawa lilin dan plat tipis serupa dengan karter.
’’Alat itulah yang digunakan untuk menyayat dan membakar tubuh saya. Karena menurut mereka api neraka lebih panas dari api didunia,’’ ungkap Enggal dihadapan Polisi.
Ia menceritakan, peristiwa penculikan yang menimpananya terjadi pada 8 November 2011 lalu. Saat itu, dirinya tengah berada di kampus Unsri. Saat itu, dia didatangi dua orang yang mengaku sebagai mahasiswa Unsri.
Kedua pelaku itu kemudian meminta materi untuk di foto copy. Karena di areal kampus tidak ada tempat fotocopy, maka ia dan kedua pelaku itu keluar dengan menggunakan kendaran roda empat jenis Toyota Avanza.
Saat itu, menurut korban memang sudah ada satu orang yang ada di dalam mobil yang duduk di bagian tengah kendaraan. Korban menjelaskan, sebelumnya tidak menaruh curiga pada para pelaku. Namun, sebelum tiba ditempat lokasi foto copy, dirinya mengaku menghirup aroma seperti alkohol hingga tidak sadarkan diri. ’’Saya baru sadar, setelah berada didalam ruangan yang saya sendiri tidak mengetahui wilayahnya berada dimana.
Nah, ditempat itulah saya mulai didoktrin dan dianiaya oleh para pelaku serta dipaksa untuk mengikuti aliran mereka. Namun saya tetap ngotot tidak mau mengikuti aliran mereka, karena saya hanya percaya dengan ajaran islam,’’ tandasnya.
Selama disekap, ia mengaku kerap mendapat siksaan dari para pelaku. Namun karena korban bersikeras tidak ingin mengikuti aliran mereka, para pelaku terus melakukan penyiksaan hingga akhirnya dirinya tidak sadarkan diri.
Sementara, Suparman (51) orang tua korban yang ditemui di Polsek setempat mengaku, anaknya hilang sudah tiga kali. Kali pertama, awal tahun 2010 lalu. Saat itu, korban menghilang selama 9 hari. Namun, korban kemudian ditemukan di Lumbuk Linggau, Sumsel. Lalu, korban juga kembali menghilang selama 4 bulan. Yakni, Oktober 2010 hingga Pebruari 2011.
’’Saat itu anak saya ditemukan oleh warga di Cilegon Banten, dengan kondisi mengalami sejumlah luka ditubuhnya, dan dalam keadaan trauma,’’ tandasnya.
Selanjutnya, yang ketiga korban ditemukan di wilayah Sidomulyo Lamsel, pihak keluarga juga sebelumnya telah melaporkan kasus menghilangnya anak pertamanya itu ke Polresta Palembang 18 November 2011. ’’Kami tidak mengetahui maksud dan tujuan pelaku menculik korban. Yang jelas kami minta polisi dapat mengusut kasus ini, sehingga para pelaku dapat terungkap,’’ tegasnya.
Terpisah, Kapolsek Sidomulyo AKP Heri Sugito mewakili Kapolres Lamsel AKBP Harri Muharram Firmansyah, S.IK membenarkan, pihaknya telah menemukan korban kekerasan tersebut. ’’Korban telah kami bawa ke dokter untuk memeriksa dan mengobati luka-luka disekujur tubuhnya. Korban mengalami luka bakar dan sayatan,’’ terang Heri.
Ia menjelaskan, korban ditemukan berdasarkan laporan warga Desa Sukamaju Sidomulyo yang mendapatkan korban daalam kedaan trauma. Setelah itu, pihaknya menghubungi pihak keluarga korban melalui nomor handpone yang ada di balik pas foto yang disimpan korban.
’’Kami telah meminta keterangan korban. Selanjutnya Enggal Nurisman akan kita serahkan kepada pihak keluarga nya. Kami memberikan saran agar pihak keluarga korban melaporkan ke Polresta Palembang, jika korban telah ditemukan. Sehingga kasus ini dapat ditindaklanjuti,” ungkap Kapolsek di dampingi Kanit reskrim Polsek setempat, Bripka Sudirno TY.
Sementara, korban kemarin rencananya akan langsung di bawa ke kediamanya di Desa Jakabaring, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyu Asin Sumsel. Sebab, keluarga korban sudah menjemputnya ke Mapolsek Sidomulyo.(dur/ary)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hujan Deras, Tetap Semangat Tanam Pohon
Redaktur : Tim Redaksi