BANDUNG - Wakil Ketua Komisi IV DPR bidang pertanian Herman Khaeron mewacanakan adanya program khusus untuk memenuhi kebutuhan susu dalam negeri. Menurutnya, Indonesia sudah saatnya harus mandiri dan tidak terlalu berngantung pada impor susu.
"Ke depan kita harus pikirkan karena ini akan berdampak yang luar biasa terhadap pendapatan peternak. Tentunya kita harus menggulirkan program khusus," kata Herman di sela-sela kunjungan kerjanya bersama dengan anggota Komisi IV DPR di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (28/5).
Kebutuhan susu dalam negeri saat ini mencapai 3,5 juta liter per tahun. Sementara peternak sapi perah baru bisa mencukupi satu juta liter. Untuk memenuhi kekurangan 2,5 juta liter, Indonesia mengimpor susu dari Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru.
Herman menjelaskan setidaknya ada dua masalah yang dihadapi peternak sapi perah. Pertama kata dia adalah tidak ada regenerasi sapi perah yang produktif. Ia menjelaskan, sapi yang ada di Pangalengan saat ini ada 22 ribu, namun yang menghasilkan susu secara maksimal hanya 11 ribu ekor.
"Apa yang disampaikan sesungguhnya ada kesulitan peternak untuk meregenerasi terhadap sapi-sapi yang tidak produktif. Produktifnya itu 15 sampai 20 liter, tapi kalau sekarang rata-rata baru 50 persen dari populasi sapi perah yang ada di sini," katanya.
Yang kedua adalah tingginya biaya pakan ternak sapi perah. Ia menjelaskan bahwa harga konsentrat sapi perah saat ini mengalami harga yang fluktuatif sehingga sangat memberatkan petani karena dianggap sangat mahal.
"Dan bagi mereka sangat mahal, selain dari rumput yang diharapkan menjadi makan pengganti konsentrat, seakrang lahannya agak sulit. Saya kira kami juga akan berbicara dengan Kementrian Kehutanan, mungkin dengan Perhutani, PT PN yang ada untuk berembug dan membicarakan persoalan sapi perah ke depan," ucapnya.
Menurut Herman, tidak adanya program swasembada susu di Kementrian Pertanian mengakibatkan produksi susu di Indonesia sangat rendah. Beda halnya dengan produksi daging yang memang sudah diprogramkan untuk mencapai swasembada tahun 2014.
"Kalau ada program swasembada daging sapi (PSDS) 2014 ini kan program khusus. Tapi ini hanya sapi potong, sapi pedaging. Nah, ada 14,8 juta ekor hasil berdasarkan sensus bahwa itu adalah pedaging dan ada 600 ribu sapi perah. Tentunya 600 ribu sapi perah ini harus kita pisahkan," pungkasnya. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Chevron Ingin Harmonis dengan Pekerjanya
Redaktur : Tim Redaksi