JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan, kerusuhan sosial bukan barang baru di Indonesia dan di beberapa daerah. Karena itu, kata Bambang, seharusnya Polri dan TNI memiliki peta daerah rawan kerusuhan dan kedua lembaga itu harus saling mengisi untuk dapat mencegah terjadinya konflik horizontal.
"Ini juga harus dievaluasi oleh intelijen mereka. Harusnya dua lembaga ini saling mengisi dalam rangka pengamanan," kata Bambang, menanggapi konflik di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Rabu (23/1).
Menurut Bambang, pihak keamanan tidak pernah mau belajar dari peristiwa yang sudah pernah terjadi. "Sumbawa dan Medan kan bukan hal yang baru," katanya.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan, peran intelijen harus diperkuat serta penanganan dan ansisipasi harus dipercepat. "Mereka kan punya SOP. Itu harus dimaksimalkan agar tidak sampai ada korban," tegasnya.
Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, seringnya terjadi konflik horizontal membuat miris. "Kenapa hal ini selalu saja terjadi," katanya, Rabu (23/1).
Ditambahkan Marzuki, kepolisian harus merespon cepat apabila terjadi konflik yang mengakibatkan korban dan kerugian yang besar.
Seperti diberitakan, rusuh di Sumbawa bermula dari kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan seorang wanita meninggal dunia. Lantas berkembang menjadi isu SARA yang akhirnya memicu konflik.
Kronologis kejadian, yakni sepeda motor Yamaha Mio DK 5861 WY melaju dari arah Kanar menuju arah Sumbawa. Ketika tiba di dekat tambak udang itu, kendaraan selip dan terjatuh ke kanan jalan.
Pengendara sepeda motor itu, yakni anggota polri Brigadir I Gede Eka Swarjana, 21, yang memboncengkan Arniati, 30, yang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Namun, beredar beragam isu yang memicu amarah sanak keluarga korban kecelakaan lalu lintas itu dan warga lainnya di Kabupaten Sumbawa, sehingga digelar unjuk rasa yang berujung tindakan anarkis. (boy/jpnn)
"Ini juga harus dievaluasi oleh intelijen mereka. Harusnya dua lembaga ini saling mengisi dalam rangka pengamanan," kata Bambang, menanggapi konflik di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Rabu (23/1).
Menurut Bambang, pihak keamanan tidak pernah mau belajar dari peristiwa yang sudah pernah terjadi. "Sumbawa dan Medan kan bukan hal yang baru," katanya.
Politisi Partai Golkar itu mengatakan, peran intelijen harus diperkuat serta penanganan dan ansisipasi harus dipercepat. "Mereka kan punya SOP. Itu harus dimaksimalkan agar tidak sampai ada korban," tegasnya.
Ketua DPR Marzuki Alie mengatakan, seringnya terjadi konflik horizontal membuat miris. "Kenapa hal ini selalu saja terjadi," katanya, Rabu (23/1).
Ditambahkan Marzuki, kepolisian harus merespon cepat apabila terjadi konflik yang mengakibatkan korban dan kerugian yang besar.
Seperti diberitakan, rusuh di Sumbawa bermula dari kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan seorang wanita meninggal dunia. Lantas berkembang menjadi isu SARA yang akhirnya memicu konflik.
Kronologis kejadian, yakni sepeda motor Yamaha Mio DK 5861 WY melaju dari arah Kanar menuju arah Sumbawa. Ketika tiba di dekat tambak udang itu, kendaraan selip dan terjatuh ke kanan jalan.
Pengendara sepeda motor itu, yakni anggota polri Brigadir I Gede Eka Swarjana, 21, yang memboncengkan Arniati, 30, yang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Namun, beredar beragam isu yang memicu amarah sanak keluarga korban kecelakaan lalu lintas itu dan warga lainnya di Kabupaten Sumbawa, sehingga digelar unjuk rasa yang berujung tindakan anarkis. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Rusun Disiapkan untuk Warga Bantaran Ciliwung
Redaktur : Tim Redaksi