JAKARTA - Penempatan anggota Marinir Amerika Serikat (AS) di Australia mendapat perhatian serius dari Komisi I DPR. Komisi yang membidangi pertahanan negara dan intelijen tersebut mengingatkan adanya potensi peningkatan tensi ketegangan baru antar kekuatan militer di kawasan Asia-Pasifik.
Wakil Ketua Komisi I Tubagus Hasanuddin mengatakan, penempatan Marinir AS di sebuah pangkalan di Pulau Cocos, Australia, itu sudah dilakukan. Saat ini sudah ditempatkan 200 orang dari rencana 2.500 personel Marinir AS di pangkalan tersebut. Pergerakan militer AS itu sebagai "respons" atas memanasnya situasi di Kepulauan Spartley.
"Presiden Obama ternyata sangat serius dalam menghadapi hot spot di kawasan Asia, khususnya Kepulauan Spartley yang disengketakan beberapa negara itu," kata Hasanuddin di Jakarta, Jumat (6/4).
Sejumlah negara memang berebut klaim atas gugusan pulau kaya minyak tersebut. Mereka, antara lain, Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Taiwan, dan Tiongkok. Meski tidak terkait langsung dalam sengketa itu, Hasanuddin memprediksi Indonesia dan seluruh negara ASEAN akan terkena imbas.
"Penempatan 200 orang pasukan ditambah rencana penempatan pesawat intai di Pulau Cocos tidak mustahil memancing Tiongkok untuk menambah aktivitas patroli lautnya di kawasan tersebut," ujar sekretaris militer (Sesmil) pada era Presiden Megawati Soekarnoputri yang menutup karir militernya dengan pangkat mayjen itu.
Hasanuddin menyampaikan, negara-negara ASEAN harus secepatnya berdiskusi mencari solusi agar ketegangan tersebut tidak berlanjut ke dalam sebuah konflik terbuka. Indonesia, tegasnya, harus mengambil insiatif dan mengambil peran diplomatik agar tensi ketegangan itu menurun.
"Selesaikan setiap masalah melalui dialog dan perundingan. Jauhi penggunaan kekuatan bersenjata," tutur politikus PDIP tersebut. (pri/c3/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jangan Politisir Pilkada Jakarta dengan Isu SARA
Redaktur : Tim Redaksi