JAKARTA - Kericuhan di Rumah Tahanan Salemba, Jakarta Pusat, Senin (21/1) malam mendapat perhatian khusus dari Komisi III DPR yang membawahi urusan hukum. Salah satu anggotanya, Aboebakar Alhabsy menuding bahwa Rutan Salemba tak steril, buktinya, ada seorang tahanan yang tertusuk senjata tajam.
"Bagaimana mungkin napi bisa memiliki senjata tajam dalam rutan," kata Aboebakar dengan nada tinggi, Selasa (22/1). Karenanya, Aboebakar meminta polisi perlu segera melakukan langkah pengamanan dan penyelidikan atas tindak pidana tersebut.
Dia menegaskan, harus ditemukan siapa pelaku kericuhan dan apa motifnya. Sedangkan pihak Lapas harus melakukan pemeriksaan internal terhadap para sipir yang sedang bertugas. "Harus ditelusuri bagaimana caranya senjata tajam bisa berada ditangan Napi," katanya.
Menurutnya, untuk mencegah peristiwa seperti ini terulang aparat gabungan harus secara rutin melakukan sweping secara berkala. "Tentunya kita semua tidak menginginkan hal yang lebih buruk terjadi, misalkan penyanderaan terhadap sipir atau pelarian diri oleh napi," katanya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu mengatakan perlu kerja keras untuk menghilangkan peredaran sejata tajam, narkotika dan alat komunikasi di rutan ataupun lapas. "Saya rasa pihak lapas harus lebih membuka diri dan meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian, sehingga kejadian semacam ini bisa dihindari," pungkasnya.
Sebelumnya, pada Senin (21/1) sekitar pukul 16.00 terjadi kerusuhan antar penghuni di dua Blok Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Dua blok yang berseteru itu adalah yakni blok S dan C. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Blok S banyak dihuni tahanan yang berasal dari orang-orang Indonesia bagian timur, sedangkan Blok C banyak dihuni tahanan dari Surabaya, Jakarta dan Palembang.
Belum diketahui apa penyebab saling serang dua kelompok tersebut. Akibatnya, dua narapidana terkena luka tusuk senjata tajam. (boy/jpnn)
"Bagaimana mungkin napi bisa memiliki senjata tajam dalam rutan," kata Aboebakar dengan nada tinggi, Selasa (22/1). Karenanya, Aboebakar meminta polisi perlu segera melakukan langkah pengamanan dan penyelidikan atas tindak pidana tersebut.
Dia menegaskan, harus ditemukan siapa pelaku kericuhan dan apa motifnya. Sedangkan pihak Lapas harus melakukan pemeriksaan internal terhadap para sipir yang sedang bertugas. "Harus ditelusuri bagaimana caranya senjata tajam bisa berada ditangan Napi," katanya.
Menurutnya, untuk mencegah peristiwa seperti ini terulang aparat gabungan harus secara rutin melakukan sweping secara berkala. "Tentunya kita semua tidak menginginkan hal yang lebih buruk terjadi, misalkan penyanderaan terhadap sipir atau pelarian diri oleh napi," katanya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera itu mengatakan perlu kerja keras untuk menghilangkan peredaran sejata tajam, narkotika dan alat komunikasi di rutan ataupun lapas. "Saya rasa pihak lapas harus lebih membuka diri dan meningkatkan kerjasama dengan pihak kepolisian, sehingga kejadian semacam ini bisa dihindari," pungkasnya.
Sebelumnya, pada Senin (21/1) sekitar pukul 16.00 terjadi kerusuhan antar penghuni di dua Blok Rutan Salemba, Jakarta Pusat. Dua blok yang berseteru itu adalah yakni blok S dan C. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Blok S banyak dihuni tahanan yang berasal dari orang-orang Indonesia bagian timur, sedangkan Blok C banyak dihuni tahanan dari Surabaya, Jakarta dan Palembang.
Belum diketahui apa penyebab saling serang dua kelompok tersebut. Akibatnya, dua narapidana terkena luka tusuk senjata tajam. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korupsi di Kemendiknas Diduga Rugikan Negara Rp 36 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi