jpnn.com - PUNYA putra usia 6 tahun yang ramah dan supel, membuat sang ibu, Elizabeth Hupp, malah risau. Dia khawatir, sifat putranya itu bisa mengantarkan pada bahaya, penculikan.
Karena itu, dia merencanakan skenario penculikan bersama orang-orang dekat sebagai pelajaran bagi si bocah.
BACA JUGA: Cewek Diputus Pacarnya karena tak Berdandan
Nathan Wynn Firoved berperan sebagai penculik. Saat jam pulang sekolah tiba, pria berkacamata itu sudah siap dengan mobilnya di luar gerbang. Begitu bocah polos yang menjadi targetnya muncul, dia pun bergegas menghampiri.
Dengan memanfaatkan keramahan si bocah yang tidak disebutkan namanya itu, dia sukses mengajak siswa sekolah dasar (SD) tersebut masuk ke truknya.
Di dalam truk itu, drama penculikan dimulai. Firoved yang merupakan teman kerja bibi korban, Denise Kroutil, menyatakan, lelaki kecil tersebut tidak akan lagi bisa bertemu dengan sang ibu.
BACA JUGA: Memilukan, Pria Harus Memilih Istri atau Bayi dengan Sindrom Down
"Saya akan memaku tubuhmu di dinding gudang," kata pria 23 tahun itu kepada korban sebagaimana ditirukan korban saat bersaksi di hadapan polisi Rabu (3/2).
Karena mendengar ancaman Firoved, korban pun berteriak histeris. Dia menangis keras-keras. Lagi-lagi, Firoved membentak korban dan menyuruhnya diam. Dia, bahkan, mengintimidasi korban dengan sengaja memamerkan senapan yang dibawanya.
"Kalau kamu tidak berhenti menangis, saya akan membuatmu diam dengan ini," ujarnya sambil mengacungkan pistol.
Firoved lantas mengikat tangan dan kaki korban dengan menggunakan tas plastik. Setelah itu, dia melepas jaketnya dan menutupkannya pada kepala korban sehingga korban tidak bisa melihat apa pun. Dalam kondisi tidak berdaya itu, korban lantas dibawa pulang ke rumahnya di Kota Troy, Lincoln County, Negara Bagian Missouri, Amerika Serikat (AS).
Begitu tiba di rumah itu, Firoved langsung membawa korban ke basement. Di sana sudah menunggu 'penculik' berikutnya, yakni Kroutil. Perempuan 38 tahun yang tidak lain adalah kakak kandung ibu korban berperan sebagai penjahat seksual.
BACA JUGA: Ini Foto Presiden saat Tersandung dan Jatuh
Dia melepas celana korban. Bocah lugu itu pun diam saja. Tetapi, karena korban tidak berontak, Kroutil malah marah.
"Tersangka kedua mengancam akan menjadikan korban budak seksual," ungkap sheriff yang menangani kasus tersebut. Selama beberapa jam, komplotan penculik palsu itu membiarkan korban tetap diam di basement.
Setelah mereka menganggap korban telah kapok menjadi bocah supel nan ramah, sekelompok orang dewasa tidak tahu diri itu pun melepas ikatan kaki dan tangan korban.
Korban lantas diajak naik ke atas dan bertemu dengan sang ibu dan neneknya, Rose Brewer. Mereka lantas menjelaskan pelajaran nyata yang baru saja korban lalui dalam suasana tertekan dan penuh ketakutan tersebut.
Intinya, mereka meminta korban berhenti bersikap ramah dan supel kepada orang lain, terutama orang yang tidak dikenal. Sebab, drama seperti yang baru saja dia alami itu bisa saja menjadi nyata.
Pelajaran konyol tersebut terungkap Rabu waktu setempat (4/2) saat korban bercerita kepada guru di sekolahnya. Karena ngeri mendengar kesaksian siswanya, sang guru lantas melapor kepada polisi.
Selanjutnya, polisi menelusuri kebenaran kisah korban. Penyelidikan terhadap peristiwa yang terjadi sekitar beberapa pekan lalu itu pun dilakukan. Polisi langsung mengamankan empat tersangka.
Saat ini ibu korban dan komplotan penculik palsunya terpaksa mendekam di tahanan. Mereka dianggap bersalah karena telah dengan sengaja menempatkan korban dalam situasi berbahaya.
Parahnya, drama penculikan yang dilengkapi dengan kekerasan psikologis itu meninggalkan trauma pada korban. Kini korban berada dalam pengawasan khusus badan pembela hak anak. (CNN/newyorkdailynews/hep/c23/ ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sang Raja Sahabat Prabowo Itu Pimpin Langsung Gempur ISIS
Redaktur : Tim Redaksi