DreadOut, Kisah Berburu Hantu Paling Kuat

Senin, 03 Desember 2018 – 05:35 WIB
Marsha Aruan, Ciccio Mannasero, dan Caitlin Halderman berbagi pengalaman syuting DreadOut, Sabtu (1/12). Foto: Galih Cokro/Jawa Pos

jpnn.com, JAKARTA - Tahun depan, penonton bakal dihibur dengan DreadOut, film adaptasi game pertama di tanah air. Meski pertama, ”eksekusi” proyek adaptasi itu dijamin tidak mengecewakan.

DreadOut digarap Kimo Stamboel, sutradara spesialis film thriller-horor yang juga bagian dari Mo Brothers.

BACA JUGA: DreadOut, Film Adaptasi Game Pertama Indonesia

Pada Jumat (30/11), poster dan trailer perdana film tersebut sudah dirilis. Petualangan melibatkan Linda –diperankan Caitlin Halderman– dan lima anggota gengnya. Mereka memburu hantu dengan berbekal ponsel.

Pocong Celurit hingga Si Kebaya Merah, yang disebut-sebut merupakan hantu paling kuat, muncul. Plek dengan versi permainan. Namun, bukan berarti DreadOut hanya bisa dinikmati mereka yang pernah memainkannya.

BACA JUGA: DreadOut dan Foxtrot Six Diperkenalkan di Popcon Asia 2018

”DreadOut memang adaptasi game. Tapi, kisahnya enggak cuma si Linda memburu hantu, lebih ke prekuel,” papar Ciccio Mannasero ketika mengunjungi redaksi Jawa Pos kemarin (1/12). Film DreadOut akan membahas bagaimana si tokoh utama mendapat kekuatan super. Pada versi game, Linda dikisahkan sudah memiliki kekuatan super.

Latar belakang karakter pun dibahas dengan detail. ”Ceritanya nyambung banget, terutama buat remaja zaman sekarang,” imbuh pemeran Alex, Ciccio.

Dia membocorkan, kisah diawali Linda dan lima teman sekolahnya yang berambisi jadi populer di media sosial.

Mereka pun mengunjungi apartemen kosong dan lokasi-lokasi yang dipercayai angker, lalu merekam aktivitas selama di sana. Hal itu justru mengantar mereka ke petualangan misterius. Keenamnya dikejar hantu.

”Ada cerita dan nilai moralnya, enggak melulu jump scare. Beda dengan film horor pada umumnya,” ucap Marsha Aruan, pemeran Jessica, pemimpin geng tersebut.

Perbedaan lainnya, DreadOut menekankan tampilan visual yang ”asli”. Minim penggunaan computer-generated imagery alias CGI. Di samping itu, adegan berkejaran, melayang, hingga terjatuh dilakoni Marsha dan Caitlin.

”Sebelum syuting mulai, kami memang ada latihan fisik sekitar dua bulan. Emang berat, tapi sangat berguna waktu mulai syuting,” papar Caitlin. Menunya, ditarik dengan sling, bela diri, hingga latihan jatuh. Menurut Marsha, latihan tersebut membentuk respons alami tubuh plus mengurangi risiko cedera.

Para cast cukup terbuka menceritakan pengalaman syuting DreadOut. Namun, ada satu hal yang amat dirahasiakan Caitlin, Marsha, dan Ciccio. Yakni, pemeran villain utama, Si Kebaya Merah.

Mereka cuma memberi petunjuk, awam pasti kenal aktris yang memerankannya. ”Mending nonton aja filmnya tahun depan,” kata Ciccio. (fam/c17/nda)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler