Driver Ojol Positif Covid-19 Dimakamkan Keluarga tanpa Protokol Kesehatan

Rabu, 10 Juni 2020 – 22:23 WIB
Tarif ojek online resmi naik. Foto: ANTARA/M RISYAL HIDAYAT

jpnn.com, SURABAYA - Pemakaman seorang driver ojol di Kota Surabaya berinisial DAW  kemarinternyata dilakukan tanpa proses ketetapan (protap) pemakaman covid-19. Sementara, hasil swab mendiang ternyata positif covid-19.

Ketua Gugus Kuratif Penanganan Covid-19 Jatim, Dokter Joni Wahyuhadi mengatakan, dalam pemeriksaan yang dilakukan RSUD Dr Soetomo, ditemukan sejumlah flek atau cairan di paru-paru driver online itu. Dia juga mengidap penyakit bronkitis.

BACA JUGA: Bu Risma Ngambek, Begini Reaksi Dokter Joni

Hal itu didapatkan setelah para dokter di salah satu rumah sakit swasta (RS sebelum di rujuk ke Soetomo), melakukan pemeriksaan yang ketat. Yakni melalui CT scan. Itu lah sebabnya diketahui jenazah memiliki cairan di paru-parunya.

"Di sana dokternya cukup teliti, dilakukan pemeriksaan yang ketat, yang sesuai prosedur kesehatan yang seharusnya dilakukan, walaupun dia kecelakaan. Juga dilakukan rapid test dan hasilnya nonreaktif. Kemudian dilakukan CTscan," kata Joni.

BACA JUGA: Dikritik Pangdam V Brawijaya soal Drama, Suara Bu Risma Melemah  

Kemudian saat berada di RSUD Dr Soetomo, pihaknya melakukan scoring adanya virus covid-19 di tubuh pasien. Setidaknya ada dua kriteria yang dilakukan, yakni mayor dan minor.

Ketika dinilai, pasien tersebut ternyata memiliki risiko tinggi untuk menderita virus corona. Kemudian dilakukan test swan PCR. Padahal dari rapid testnya negatif.

BACA JUGA: Teguran Keras Pangdam V Brawijaya untuk Surabaya Raya, Kepala Daerah Diminta tak Banyak Drama

"Dia ini klinis ada, ada panas, kecelakaan padahal. Di dalam proses menunggu swab, ternyata tambah berat sesaknya. inilah yang kami khawatirkan karena 2-3 persen pasien virus corona apalagi yang rapid testnya negatif, yang berarti belum terbentuk antibodi, itu sangat berbahaya. Akhirnya pasien ini meninggal sebelum dilakukan tindakan operasi," kata Joni.

Pasien tadinya akan menjalani operasi patah tulang akibat kecelakaan yang dia alami. Namun nahas, sebelum operasi, dia sudah meninggal karena sesak napas akut.

Meski begitu, Joni menyayangkan keluarga yang bersikeras menyatakan pasien negatif covid-19 dari rapid test. Padahal menurut Joni, hasil rapid test negatif bisa saja pasien menderita covid-19.

"Justru yang rapid negatif itu yang harus kita waspadai karena dia belum terbentuk antibodi. Hasil swabnya, tapi diketahui setelah beliau wafat, positif. Jadi sebelum kecelakaan kelihatannya sehat karena dia ini mungkin OTG," katanya.

Setelah dipastikan wafat, keluarga dan kawan-kawan seprofesinya menggeruduk untuk menangani secara pribadi. Padahal pihak rumah sakit sudah meminta, untuk dilakukan sesuai protap covid-19.

"RSUD Soetomo juga sudah menjelaskan, bahwa ini covid tapi PCR-nya belum keluar. Kemudian pemulasaraannya tentu mengikuti kaidah pasien yang menderita covid. Terus ada yang geruduk gak boleh paAI protap, katanya 'lha wong rapid testnya negatif'," pungkasnya. (ngopibareng/jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler