BIREUEN- Dua ibu rumah tangga (IRT) berstatus janda dibekuk Polres Bireuen. Mereka dituding terkait dengan jaringan trafficking (penjualan manusia) luar negeri. Sebelumnya polisi menerima laporan Nuraini (16), yang mengaku diculik lantas disuruh kerja paksa tanpa gaji ke Malaysia. Bahkan dari perbuatan para pelaku menerima upah Rp500 ribu, dari pemesan tenaga kerja ilegal tersebut.
Polres Bireuen ternyata bertindak cepat dan mengembangkan kasus, setelah adanya pengaduan korban warga Krueng Simpo, Kec. Juli pasca dideportasi dari negeri Jiran Desember lalu. Remaja putri ini menyatakan hampir dua tahun lamanya terkatung-katung hidup di Malaysia, sejak diculik kawanan orang tak dikenal. Selama di negara tetangga Indonesia tersebut, ia pernah dipaksa jadi pencuci daging babi.
Namun setelah kembali ke Bireuen, korban melaporkan semua hal yang dialami ke polisi. Dari pengembangan petugas, berhasil menciduk R (35) warga Juli dan S (41) asal Lhokseumawe. Kasat Reskrim Iptu Benny Cahyadi,SH kepada Metro Aceh, Selasa (2/1) di Polres BIreuen mengatakan dua pelaku telah tertangkap.
"Mereka berstatus janda dan diintai selama berhari-hari, karena sebelumnya sempat kabur. sekarang sudah dititip ke Rutan Bireuen," jelas Kasat.
Sulitnya membongkar kasus trafiking, sebab korban tidak kembali dan tidak ada melapor. Sementara perkara dialami Nuraini terungkap, setelah korban dideportasi pasca sebelumnya dia ditangkap polisi Malaysia.
"Jaringan trafficking merupakan kelompok terpisah dan kesannya terputus. Peran antara satu pelaku dengan pelaku lain, berbeda dan tidak saling kenal. Pelaku hanya mengenal jaringannya saja.
“Nuraini dalam pengawasan ketat. Sebelum dua pelaku diamankan, ada dua sepmor lewat dan memfoto rumah korban,” tegasnya.
Sementara itu, R telah mengakui perbuatannya dan dia mengaku tidak menculik Nuraini. Melainkan cuma mengajak korban ke Malaysia melalui temannya di Lhokseumawe. Setelah sang remaja dibawa oleh pelaku S, maka R tidak mengetahui korban dibawa ke mana. Ada seseorang berinisial S- lainnya asal Medan, hingga kini masih DPO. Terkait perbuatannya, R yang ditanyai wartawan mengakui mengenal Nuraini.
"Saya takut dan menangis ketika baca korban saat awal kejadian dulu. Tapi tak berani kasi tau orang tua korban, karena tak mengetahui Nuraini dibawa kemana. Saya juga dapat upah Rp500 ribu/orang dari S dan sempat menginap dua malam bersama Nuraini, hingga dioper ke Medan," beber R dengan mimik sedih.
Diungkapkan dirinya juga mengatahui ada sekitar delapan orang dikirim ke Malaysia, termasuk Nuraini. S “Karena minta sendiri dibawa ke Malaysia, seperti si Nisa anak dari Beureunun Pidie, saya kirim dengan Nuraini,” tandas pelaku.(tim)
Polres Bireuen ternyata bertindak cepat dan mengembangkan kasus, setelah adanya pengaduan korban warga Krueng Simpo, Kec. Juli pasca dideportasi dari negeri Jiran Desember lalu. Remaja putri ini menyatakan hampir dua tahun lamanya terkatung-katung hidup di Malaysia, sejak diculik kawanan orang tak dikenal. Selama di negara tetangga Indonesia tersebut, ia pernah dipaksa jadi pencuci daging babi.
Namun setelah kembali ke Bireuen, korban melaporkan semua hal yang dialami ke polisi. Dari pengembangan petugas, berhasil menciduk R (35) warga Juli dan S (41) asal Lhokseumawe. Kasat Reskrim Iptu Benny Cahyadi,SH kepada Metro Aceh, Selasa (2/1) di Polres BIreuen mengatakan dua pelaku telah tertangkap.
"Mereka berstatus janda dan diintai selama berhari-hari, karena sebelumnya sempat kabur. sekarang sudah dititip ke Rutan Bireuen," jelas Kasat.
Sulitnya membongkar kasus trafiking, sebab korban tidak kembali dan tidak ada melapor. Sementara perkara dialami Nuraini terungkap, setelah korban dideportasi pasca sebelumnya dia ditangkap polisi Malaysia.
"Jaringan trafficking merupakan kelompok terpisah dan kesannya terputus. Peran antara satu pelaku dengan pelaku lain, berbeda dan tidak saling kenal. Pelaku hanya mengenal jaringannya saja.
“Nuraini dalam pengawasan ketat. Sebelum dua pelaku diamankan, ada dua sepmor lewat dan memfoto rumah korban,” tegasnya.
Sementara itu, R telah mengakui perbuatannya dan dia mengaku tidak menculik Nuraini. Melainkan cuma mengajak korban ke Malaysia melalui temannya di Lhokseumawe. Setelah sang remaja dibawa oleh pelaku S, maka R tidak mengetahui korban dibawa ke mana. Ada seseorang berinisial S- lainnya asal Medan, hingga kini masih DPO. Terkait perbuatannya, R yang ditanyai wartawan mengakui mengenal Nuraini.
"Saya takut dan menangis ketika baca korban saat awal kejadian dulu. Tapi tak berani kasi tau orang tua korban, karena tak mengetahui Nuraini dibawa kemana. Saya juga dapat upah Rp500 ribu/orang dari S dan sempat menginap dua malam bersama Nuraini, hingga dioper ke Medan," beber R dengan mimik sedih.
Diungkapkan dirinya juga mengatahui ada sekitar delapan orang dikirim ke Malaysia, termasuk Nuraini. S “Karena minta sendiri dibawa ke Malaysia, seperti si Nisa anak dari Beureunun Pidie, saya kirim dengan Nuraini,” tandas pelaku.(tim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pulang Beli Obat, Dijambret
Redaktur : Tim Redaksi