jpnn.com, JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta perlu memikirkan lokasi alternatif jika tetap ngotot menggelar Formula E tahun ini. Pasalnya, area Monas benar-benar tidak memungkinkan untuk ajang balap mobil tersebut.
Pengamat tata kota Yayat Supriyatna mengatakan, untuk bisa digunakan sebagai sirkuit Formula E maka area Monas harus diaspal. Jika itu dilakukan, maka Monas akan kehilangan fungsinya sebagai area resapan air.
BACA JUGA: Politikus PDIP Nilai Formula E Tidak Ada Manfaatnya
“Dikhawatirkan ada paving bloknya di sekitar halaman Monas itu mau diaspal, itu yang tidak boleh karena resapan air. Belum lagi pembangunan pitsop dan pondium,” ujar Yayat, Senin (10/2).
Meskipun mendapatkan izin menggunakan area di sekitar Medan Merdeka untuk Formula E, ujar Yayat, banyak kesulitan yang bisa dihadapi penyelenggara. Selain tidak boleh mengubah paving blok di dalam Monas, pengunaan area Medan Merdeka akan menuai konflik kepentingan dengan penguna jalan.
BACA JUGA: DPRD Minta Anies Baswedan Pindahkan Formula E ke Sentul
Yayat mengingatkan, kawasan Jalan Medan Merdeka sangat vital bagi bisnis dan pemerintahan ibu kota. “Selama uji sirkuit nutup jalan tidak, itu wilayah kantong bisnis, ada pusat pemerintahan, jasa, jadi otomatis kalau nutup jalan jadi implikasi berat,” ujarnya.
Halangan lain pengunaan Monas adalah infrastruktur warisan yang ada seperti museum, gedung dan Istana Negara. Branding komersil dari penyelenggara jangan sampai menenggelamkan nilai-nilai sejarah yang ada. Begitu juga dengan simbol-simbol sejarah yang ada tidak boleh rusak dengan alasan jumlah penonton, parkiran, atau pengunaan lainnya.
BACA JUGA: Dapat Izin dari Pusat, Formula E Tetap Tak Bisa Masuk Monas
Menurut Yayat, sebenarnya ada beberapa lokasi alternatif yang dampak negatifnya jauh lebih sedikit ketimbang Monas. Contohnya Kemayoran yang memiliki fasilitas lengkap mulai dari jalan bekas bandara, tempat parkir, gedung pameran dan Wisma Atlit Asean Games yang bisa dijadikan penginapan.
Lokasi alternatif lain adalah Ancol. Selain pernah memiliki sirkuit balapan, lokasi itu juga dibawah kewenangan DKI Jakarta.
“Kalau GBK memang aman tertutup. Hanya pertanyaannya apa fungsi fungsi yang ditambah, apa fungsi-fungsi yang berkurang dari sebelumnya?. Itu kan baru saja juga di renovasi saat Asean Games,” tambahnya.
Yayat juga mengatakan infrastruktur yang dibangun penyelenggara seharusnya sekali untuk pemakaian 5 tahun sesuai dengan kontrak Formula E dengan Pemprov DKI Jakarta. Ia meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta percaya diri untuk dan merencanakan penyelenggaran Formula E ini dengan baik.
“Jadi DKI itu harus keluar dengan rencana, misalnya, untuk Kemayoran, desainnya seperti ini, GBK, seperti ini dan begitu juga untuk Monas atau Ancol. Paparkan itu kemasyarakat dan pusat, tidak perlu dipolitisir,” tutupnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil