Karena itu, wali kota meminta instansi terkait melakukan pembinaan terhadap pelajar yang terindikasi menggunakan narkoba tersebut. ‘’Terus dibina, agar tidak sampai memengaruhi pelajar lainnya,’’ pintanya.
Sementara, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Mataram, Abdul Latif Nadjib mengaku, pihaknya tetap mengantisipasi peredaran dan penyalahgunaan narkoba dengan mengadakan tes urine. ‘’Dari 1.500 sampel tes urine, sebesar dua persen pelajar terindikasi positif menggunakan narkoba,’’ bebernya.
Dijelaskannya, pelajar yang terindikasi positif tidak dikategorikan sebagai pengguna, namun hanya dikategorikan dalam penyalahgunaan obat-obatan. ‘’Hasil tesnya dari salah satu poin tes yakni benzo adalah obat penenang. Benzo ini biasa dikonsumsi, hingga akhirnya menjadi ketergantungan terhadap obat-obatan,’’ lanjutnya.
Selama menggelar tes urine, lanjut Abdul Latif, pihaknya menemukan pelajar sebagai korban. Menurutnya, pelajar diberi obat dan diminum tanpa mengetahui dampaknya. ‘’Setelah positif, pelajar ini kami panggil dan mereka mengakui mengonsumsi obat-obatan tersebut,’’ katanya.
Penyalahgunaan obat-obatan ini, kata Abdul Latif, sebagai pintu masuk bagi jaringan narkoba untuk mengedarkan jenis narkoba yang lebih berbahaya. Untuk itu, pihaknya terus melakukan pendekatan melalui orang tua dan pihak sekolah. ‘’Semua lini bisa dimasuki jaringan narkoba ini. Untuk masuk di kalangan pelajar, bentuknya melalui penyalahgunaan obat-obatan. Setelah itu, baru masuk pada jenis narkoba yang lebih berbahaya,’’ jelasnya. (cr-tnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... LKS Gratis Jangan untuk Pencitraan
Redaktur : Tim Redaksi