Dua Polisi Diduga Diculik Teroris Di Poso

Selasa, 16 Oktober 2012 – 08:45 WIB
JAKARTA---Densus 88 Mabes Polri sedang melakukan operasi pencarian terhadap dua polisi yang hilang di Poso, Sulawesi Tengah. Keduanya sudah sepekan tanpa kabar baik kepada keluarga maupun kepada pimpinannya.

"Benar, pencarian masih on going operation," ujar seorang perwira menengah di lingkungan anti teror saat dihubungi dari Jakarta, Senin (15/10). Dia sudah berada di Poso sejak Minggu (14/10) pagi. 

Dua polisi itu bernama Briptu Andi dan Brigadir Sudirman. Mereka loss contact sejak 8 Oktober 2012. Keduanya  secara kebetulan menangani penyidikan kasus teror bom di Poso, Sulawesi Tengah.

"Mereka bukan Densus, tapi dari wilayah setempat. Kami kerahkan juga gegana dan tim K-9 (anjing pelacak) dari Mabes Polri," tambahnya. Tim Densus bersifat membantu Polda Sulawesi Tengah.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar membenarkan informasi ini. "Memang ada tim dari Mabes ikut membantu," katanya di Jakarta. 

Briptu Andi adalah anggota Polres Poso bertugas di unit buru sergap (buser) Satreskrim Polres Poso, dan Brigadir Sudirman berdinas sebagai kanit intel di  Polsek Poso pesisir. Koordinat terakhir diketahui, mereka berada di Dusun Tamanjeka, Poso Hutan Gunung Potong, ketika sedang melakukan upaya penyelidikan di lapangan.

Menurut Boy, saat ini tim gabungan yaitu aparat kepolisian dan TNI tengah menyelenggarakan operasi khusus dalam rangka pencarian. Personel TNI dari Batalyon 714 Sintuwu Marasso Poso dan Kodim 1307 Poso.

Apakah mereka diculik teroris ? Boy tak berani memastikan."Yang jelas memang kegiatan mereka di Poso, terkait aksi teror. Kan kita ketahui ada bom rakitan di Kota Poso,"ujarnya.

Boy menuturkan, tidak jauh dari lokasi tersebut dijadikan tempat pelatihan teror yang dilakukan kelompok jaringan teror selama ini. "Itu letaknya di hutan perbukitan. Kondisi geografisnya memang alam liar," kata mantan kanit negosiasi Densus 88 Polri ini.

Sumber Jawa Pos di lapangan memperkirakan keduanya memergoki atau berhasil menemukan sasaran. "Ada kemungkinan kelompok yang dikejar berhasil melakukan perlawanan. Tapi ini memang baru analisa awal,"katanya.

Kemungkinan lain tentu ada. Misalnya, jatuh atau kecelakaan data menempuh perbukitan. "Kalau penculikan, tentu ini model baru. Berarti kelompok ini benar-benar serius," tambahnya.

Dalam beberapa pekan terakhir Poso memang kurang stabil kondisi keamanannya. Selasa 10 Oktober lalu  misalnya, ada bom yang berhasil diledakkan di tengah pemukiman.  Dari hasil olah TKP, diidentifikasi ledakan bom rakitan di Poso ini dibuat dalam kemasan pipa paralon yang berisi lebih dari 160 potongan bijih besi. Bom rakitan ini berdaya ledak rendah dan menimbulkan kerusakan dalam radius 5 meter-10 meter. Potongan bijih besi dari bom rakitan inilah yang menyebabkan kerusakan.

Ledakan bom di Poso itu terjadi di jalan Tabatoki, Kelurahan Kawua, Kecamatan Poso, Kota Selatan. Bom ini meledak di garasi mobil di rumah Okri Mamuaya (48), PNS di Dinas Pekerjaan Umum Poso. Suara ledakan terdengar hingga radius 2 kilometer. Ledakan terjadi saat pemilik rumah menonton televisi bersama istrinya, Sherly Lengkey. Ledakan ini menyebabkan kendaraan jenis Toyota Avanza bernomor polisi DN 332 EY mengalami kerusakan pada bagian belakang. Kerusakan juga terjadi pada kaca jendela rumah di bagian depan serta plafon rumah di bagian teras yang bocor.

Di hari yang sama, ledakan juga terjadi di pada pukul 21.15 WIT di sekitar Kompleks Pertigaan Gereja Imanuel Taripa, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso. Saat itu terdengar suara letusan satu kali. Juga tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

"Hal ini memang diduga berkait dengan hal-hal aktivitas kelompok-kelompok yang selama ini kita duga melakukan pelatihan di Poso, dan yang beberapa waktu lalu terungkap,"jelas Boy.  Sebelumnya, terduga teroris Imron (26) ditangkap di Jalan Kangkung Kelurahan Balaroa, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (8/10/2012).

Imron diketahui sebagai kurir buronan teroris Santoso. Santoso merupakan pemimpin pelatihan militer di wilayah Poso. Santoso ini sekarang oleh Densus dilabeli sebagai the most wanted terorist itu diduga terlibat dalam sejumlah aksi teror termasuk dalam aksi penembakan tiga anggota polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011.

Imron pun menjadi fasilitator latihan militer di Poso itu seperti membeli senjata dan melakukan fai (mencari dana dengan menghalalkan segala cara) berulang kali di wilayah Sulawesi Tengah. Selain Imron, Polri juga meringkus terduga teroris bernama Sopian alias Acong di Jalan Pulo Mangga RT 03/RW 04, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok, Senin (8/10/2012) malam.

Dengan ditangkapnya Imron dan Sopian, Densus 88 tercatat telah meringkus 18 terduga teroris dari jaringan ini. Termasuk di antaranya Muhammad Thorik dan kawan-kawannya yang bertanggung jawab atas ledakan bom rakitan di markas mereka sendiri, yakni di Beji, Depok, Sabtu (8/9/2012) lalu. Para tersangka teroris yang telah ditangkap sebelumnya pun diketahui mengikuti pelatihan militer di Poso. "Kita menunggu perkembangan di lapangan. Hingga kini masih dicari. Kita doakan semoga dua angggota itu selamat," katanya.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Alasan SBY Memberikan Grasi Kasus Narkoba

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler