MANILA--Persidangan di pengadilan di salah kota di Filipina, Selasa (22/1) berubah menjadi tragedi berdarah. Seorang pria Kanada yang sedang menjalani persidangan di Pengadilan Kota Cebu, Provinsi Cebu, Central Visayas Region, bagian tengah Filipina, menembak mati dua saksi pelapor. Seorang jaksa juga menjadi korban penembakan sebelum pelaku akhirnya menembak mati dirinya dengan senjata api (senpi) yang dibawanya.
Kantor Berita PNA memberitakan bahwa warga negara Kanada yang diidentifikasi sebagai John H. Pope itu secara tiba-tiba mengamuk di ruang sidang ketika diadili dalam sejumlah kasus. Dia mengeluarkan pistol dan menembak tiga orang.
Dua korban adalah seorang dokter dan pengacaranya. Dia juga menembak jaksa penuntut umum. Polisi lantas menembak Pope sehingga mengenai tangan dan pahanya. "Dia tak mengindahkan seruan kami untuk menyerah dan berusaha untuk menembak polisi," ujar Kepala Kepolisian Regional Marcelo Garbo. Setelah jatuh karena ditembak polisi, Pope menembak dirinya sendiri.
Jaksa yang menjadi korban penembakan diidentifikasi sebagai Maria Theresa Casino. Saat ini kondisinya kritis. Secara terpisah, Kepala Polisi Cebu Mariano Natuel menuturkan bahwa Pope, 66, yang mantan jurnalis tersebut, disidangkan terkait kasus "berperilaku tidak pantas". Dia tiba di ruang sidang dengan membawa dua pistol secara tersembunyi. Lalu, dia tiba-tiba menembak sang dokter dan pengacaranya di ruang sidang.
"Penembakan berlangsung 10 menit. Selanjutnya, dia berjalan dari lantai empat menuju lantai bawah (di dalam pengadilan)," tutur Natuel.
Saat itu, kata Natuel, Pope menuju ruang sidang lainnya di lantai dua. Di sana, dia menembak dan melukai seorang jaksa. Tak berhenti di situ. Pope kemudian menuju kantor jaksa di lantai dasar untuk mencari seseorang. Karena yang dicari tidak ada di tempat, Pope kemudian melintasi lorong dan bertemu dua polisi.
"Petugas langsung menembak dia di tangan dan paha. Begitu terjatuh, dia pun menembakkan senjata ke dirinya sendiri," jelas Natuel. Pope dinyatakan tewas di rumah sakit akibat luka tembak pada pelipis maupun pergelangan tangan kiri dan dua pahanya.
Pope menyembunyikan senjata di bawah ketiak. Polisi, kemudian menemukan pistol kedua di tubuhnya. Menurut Natuel, Pope disidangkan di Pengadilan Cebu karena terlibat sedikitnya delapan kasus. Termasuk, bertikai dengan beberapa tetangganya. Salah seorang di antaranya adalah dokter yang ditembak mati. "Para tetangga telah mengajukan petisi agar pemerintah mendeportasi dia," ujar Natuel.
Pope telah menetap di Filipina selama 14 tahun. Sejauh ini belum diketahui kota asalnya. Begitu tidak diketahui siapa yang mempekerjakan dia di Cebu.
Media menyebut Pope ditangkap polisi karena kasus senjata pada 2011. Dokter yang tewas melaporkan Pope ke polisi karena memamerkan senjata serta mengancam dia maupun beberapa penghuni lain kondominium.
Saat itu, Pope berkilah bahwa pistolnya hanya digunakan untuk mempertahankan diri. Dia juga didakwa melakukan ancaman dan perlakuan tidak menyenangkan. Insiden kemarin menambah polemik perlunya kontrol lebih ketat atas kepemilikan senjata di Filipina. Sejumlah kasus penembakan yang membawa korban tewas terjadi di Filipina dalam beberapa bulan terakhir.
Awal bulan ini, seorang pria bersenjata bergerak dari rumah ke rumah di Manila dan menembaki penghuninya. Insiden tersebut menewaskan sembilan orang. Pada malam tahun baru lalu, seorang bocah tujuh tahun tewas tertembak di kepala setelah seorang pria merayakan pergantian tahun dengan tembakan selebrasi.
Departemen Urusan Senjata Api dan Bahan Peledak Filipina menyatakan bahwa terdapat 1,2 juta senjata yang terdaftar secara resmi selama 2012. Namun, di luar data itu, diprediksi terdapat sekitar 600 ribu senjata api ilegal yang beredar di masyarakat.
Pemerintah berpendapat bahwa penegakan hukum yang tegas lebih baik daripada membuat aturan baru. Namun, kelompok yang tidak setuju menyatakan perlunya aturan baru karena UU lama sudah usang. (AP/AFP/CNN/cak/dwi)
Kantor Berita PNA memberitakan bahwa warga negara Kanada yang diidentifikasi sebagai John H. Pope itu secara tiba-tiba mengamuk di ruang sidang ketika diadili dalam sejumlah kasus. Dia mengeluarkan pistol dan menembak tiga orang.
Dua korban adalah seorang dokter dan pengacaranya. Dia juga menembak jaksa penuntut umum. Polisi lantas menembak Pope sehingga mengenai tangan dan pahanya. "Dia tak mengindahkan seruan kami untuk menyerah dan berusaha untuk menembak polisi," ujar Kepala Kepolisian Regional Marcelo Garbo. Setelah jatuh karena ditembak polisi, Pope menembak dirinya sendiri.
Jaksa yang menjadi korban penembakan diidentifikasi sebagai Maria Theresa Casino. Saat ini kondisinya kritis. Secara terpisah, Kepala Polisi Cebu Mariano Natuel menuturkan bahwa Pope, 66, yang mantan jurnalis tersebut, disidangkan terkait kasus "berperilaku tidak pantas". Dia tiba di ruang sidang dengan membawa dua pistol secara tersembunyi. Lalu, dia tiba-tiba menembak sang dokter dan pengacaranya di ruang sidang.
"Penembakan berlangsung 10 menit. Selanjutnya, dia berjalan dari lantai empat menuju lantai bawah (di dalam pengadilan)," tutur Natuel.
Saat itu, kata Natuel, Pope menuju ruang sidang lainnya di lantai dua. Di sana, dia menembak dan melukai seorang jaksa. Tak berhenti di situ. Pope kemudian menuju kantor jaksa di lantai dasar untuk mencari seseorang. Karena yang dicari tidak ada di tempat, Pope kemudian melintasi lorong dan bertemu dua polisi.
"Petugas langsung menembak dia di tangan dan paha. Begitu terjatuh, dia pun menembakkan senjata ke dirinya sendiri," jelas Natuel. Pope dinyatakan tewas di rumah sakit akibat luka tembak pada pelipis maupun pergelangan tangan kiri dan dua pahanya.
Pope menyembunyikan senjata di bawah ketiak. Polisi, kemudian menemukan pistol kedua di tubuhnya. Menurut Natuel, Pope disidangkan di Pengadilan Cebu karena terlibat sedikitnya delapan kasus. Termasuk, bertikai dengan beberapa tetangganya. Salah seorang di antaranya adalah dokter yang ditembak mati. "Para tetangga telah mengajukan petisi agar pemerintah mendeportasi dia," ujar Natuel.
Pope telah menetap di Filipina selama 14 tahun. Sejauh ini belum diketahui kota asalnya. Begitu tidak diketahui siapa yang mempekerjakan dia di Cebu.
Media menyebut Pope ditangkap polisi karena kasus senjata pada 2011. Dokter yang tewas melaporkan Pope ke polisi karena memamerkan senjata serta mengancam dia maupun beberapa penghuni lain kondominium.
Saat itu, Pope berkilah bahwa pistolnya hanya digunakan untuk mempertahankan diri. Dia juga didakwa melakukan ancaman dan perlakuan tidak menyenangkan. Insiden kemarin menambah polemik perlunya kontrol lebih ketat atas kepemilikan senjata di Filipina. Sejumlah kasus penembakan yang membawa korban tewas terjadi di Filipina dalam beberapa bulan terakhir.
Awal bulan ini, seorang pria bersenjata bergerak dari rumah ke rumah di Manila dan menembaki penghuninya. Insiden tersebut menewaskan sembilan orang. Pada malam tahun baru lalu, seorang bocah tujuh tahun tewas tertembak di kepala setelah seorang pria merayakan pergantian tahun dengan tembakan selebrasi.
Departemen Urusan Senjata Api dan Bahan Peledak Filipina menyatakan bahwa terdapat 1,2 juta senjata yang terdaftar secara resmi selama 2012. Namun, di luar data itu, diprediksi terdapat sekitar 600 ribu senjata api ilegal yang beredar di masyarakat.
Pemerintah berpendapat bahwa penegakan hukum yang tegas lebih baik daripada membuat aturan baru. Namun, kelompok yang tidak setuju menyatakan perlunya aturan baru karena UU lama sudah usang. (AP/AFP/CNN/cak/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Baca Sumpah Empat Kali
Redaktur : Tim Redaksi