jpnn.com, JAKARTA - Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Ali Munhanif menilai Presiden Jokowi mengirim dua sinyal politik ketika hadir di kongres kelima PDI Perjuangan di Bali, Kamis (8/8).
Sinyal pertama ditunjukkan Jokowi dengan tidak mengenakan seragam PDI Perjuangan saat menghadiri kongres. Padahal, Jokowi merupakan kader dari partai berlambang banteng moncong putih itu.
BACA JUGA: Presiden Terkesan Kemajuan Mekanisasi Pertanian Indonesia
"Berbeda dengan yang lain, Jokowi memakai baju daerah meski berwarna merah, warna partai, dia tidak mengenakan seragam partai," kata Ali saat ditemui di acara diskusi 'Membaca Arah Tusukan Pidato Mega' di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8).
Kedua, Jokowi juga mengirim sinyal lain ketika berpidato di kongres PDI Perjuangan. Terutama ketika Jokowi menjawab pernyataan Megawati yang akan menolak jika PDIP hanya mendapat empat kursi di kabinet. Jokowi mengatakan, jika partai lain dapat dua kursi menteri, dementara PDIP empat kursi, berarti sudah dua kali lipat.
BACA JUGA: Ini Susunan Pengurus DPP PDI Perjuangan 2019-2024
BACA JUGA: Permintaan Bupati Puncak kepada Presiden Jokowi
"Dia (Jokowi) bilang, ketika partai lain dapat dua, PDI Perjuangan dapat empat. Kemudian dia melanjutkan, seandainya partai lain dapat tiga, ketika massa yang hadir menjawab enam, Jokowi justru bilang belum tentu," ucap Ali.
BACA JUGA: Permintaan Bupati Puncak kepada Presiden Jokowi
Menurut Ali, sinyal-sinyal tersebut menandakan Jokowi ingin otonom ketika menyusun menteri di kabinetnya pada periode kedua memimpin Indonesia. Jokowi ingin menunjukkan bahwa urusan menteri merupakan hak prerogatif presiden.
BACA JUGA: Jokowi Berpotensi Korbankan Janji Politik Jika Kabulkan Keinginan Megawati
"Itu menjelaskan bahwa Jokowi ingin tampil otonom. Dia ingin menunjukkan diri bahwa hak prerogratif presiden, jadi partai menerima apa pun keputusan presiden," pungkas dia. (mg10/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ferdian Lacony: Pesan Ibu Megawati Jadi Suluh Bagi Kader PDIP
Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan