JAKARTA - PSSI akhirnya merespon pernyataan sikap dari Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI). Ketua Komisi Disiplin PSSI, Bernhard Limbong, mempersilahkan pemain-pemain tersebut untuk menjalankan sikap tegasnya.
"Saya mendukung dan setuju dengan seruan mereka. Saya dengan hormat mendukung agar klub-klubnya tahu rasa," ujarnya dalam jumpa pers di kantor PSSI di kawasan Senayan, Jakarta, kemarin (29/5).
Limbong mengaku tidak mau melihat klub yang tidak mengindahkan hak pemain itu berasal dari Indonesia Super League (ISL) mapupun Indonesia Premier League (IPL). Baginya, kewajiban yang sebelumnya telah tertuang di kontrak harus bisa dijalankan.
"Itu konsekuensi. Klub harus bisa menjalankan apa yang telah menjadi kesepakatan," ucap jenderal bintang satu tersebut.
Selain itu, sebagai penaggung jawab timnas Limbong juga mendukung sikap dari para pemain yang ingin perlindungan hak saat membela timnas. Karena itu, dia menegaskan bahwa dalam timnas saat ini seharusnya tak ada lagi dikotomi ISL atau IPL.
"Sebagai penanggung jawab timnas, saya tidak akan memihak kepada siapapun. Ini untuk kemajuan timnas negara, bukan timnas Djohar (Arifin) atau La Nyalla (Mattalitti)," ungkapnya.
Sayang, pihak PT Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) tak bisa dikonfirmasi terkait tuntutan pemain terhadap klub yang berlaga di IPL. Hanya CEO PT Liga Indonesia (PT LI) Joko Driyono saja yang berkomentar tentang langkah yang dilakukan APPI.
Menurut lelaki asal Ngawi, Jawa Timur, tersebut, pemain harusnya tidak memberikan respon secara berlebihan. Alasannya, pemain dan klub adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan dan harus saling mendukung.
"Harusnya bisa memandang tidak ada sekat antara klub dan pemain. Klub pasti akan respek terhadap pemain, demikian juga pemain harus respek terhadap klub," tuturnya.
Bagi dia, klub harusnya tidak dalam posisi dipojokkan. Sebab, klub akan tetap melindungi pemain dan menjalankan kewajiban yang memang sudah disepakti dari awal.
"Karena itu klub tetap akan melindungi hak pemain, tapi dengan kondisi sepak bola saat ini, klub tentu memiliki cara tersendiri untuk menyelesaiaknnya. Karena itu pemain dan klub tak terpisahkan," tegasnya.
Terkait tuntutan bahwa pada musim depan pengelola liga harus lebih selektif dalam memilih klub yang bagus secara finansial untuk ikut berkompetisi, Joko ternyata mengembalikannya ke pemain. Dia menilai untuk menjalani kompetisi, pemain juga harus menjadi bagian dari bisnis.
Kaitannya, lanjut dia, untuk harga pemain yang terus melambung. Sehat tidaknya klub harus diiringi dengan rasionalisasi pemain juga. Dengan sokongan rasionalisasi harga pemain, maka dipastikan bakal mendukung rasionalisasi yang dilakukan oleh klub.
"Sepak bola sebagai bisnis, harus dimaknai sebagai masa depan. Jadi, saling mendukung dan harga pemain juga rasional bagi klub," tandasnya. (aam/ko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Blanc Coret Gourcuff dari Skuat Prancis
Redaktur : Tim Redaksi