Dukung Tatar Krimea, Ukraina Tetapkan 2 Hari Besar Islam Jadi Libur Nasional

Sabtu, 09 Juli 2022 – 23:03 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) berdiskusi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6). Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden

jpnn.com, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menjadikan Idulfitri dan Iduladha sebagai hari libur nasional sejak terpilih 18 Mei 2020.

Hal itu disampaikan Zelenskyy secara resmi pada pada Hari Peringatan untuk Korban Genosida Tatar Krimea.

BACA JUGA: Rebut Luhansk dari Ukraina, Rusia Belum Puas, Ini Target Selanjutnya

Pada pertemuan itu, Zelenskyy menyatakan dirinya ingin membangun negara yang nyaman bagi semua orang.

"Saya ingin semua orang merasa nyaman, laiknya kebanggaan sebagai warga negara penuh, dengan tidak melupakan sejarah dan tradisi rakyat mereka sendiri," kata Zelenskyy dikutip dari pernyataan Kedutaan Besar Ukraina, Sabtu (9/7).

BACA JUGA: Semua Menlu Negara G20 Hadiri Forum di Bali, Pertemuan Diperkirakan Memanas saat Bahas Perang Rusia-Ukraina

Islam adalah agama terbesar kedua di Ukraina setelah Kristen dan penduduk asli semenanjung Krimea Ukraina sebagian besar adalah Muslim.

"Kami ingin mendukung Anda tidak hanya dalam kata-kata tetapi dalam perbuatan di tingkat legislatif,” lanjut Zelenskyy.

BACA JUGA: Terimbas Situasi di Ukraina dan China, Bank Sentral Malaysia Naikkan Suku Bunga

Pada 2020, Zelenskyy juga memprakarsai pembentukan kelompok kerja di Kantor Presiden untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh orang Tatar Krimea.

Menurut dia, kelompok itu akan fokus pada masalah hukum dan ekonomi, termasuk masalah-masalah yang menjadi agenda persoalan warga Tatar Krimea.

Pemimpin Komunitas Muslim Tatar Krimea Mustafa Dzhemilev kala itu mengucapkan terima kasih kepada presiden.

Dia mengatakan warga Muslim Tatar Krea berharap isu Krimea yauitu pengembaliannya ke Ukraina serta pemulihan integritas wilayah Ukraina tidak akan pernah hilang dari agenda kepemimpinan Ukraina.

Diketahui, Rusia telah menguasai Semenanjung Krimea dari Ukraina setelah referendum kemerdekaan pada 2014.

Hal itu dilakukan Rusia setelah Presiden Ukraina Viktor Yanukovych digulingkan akibat protes pro-Uni Eropa Euromaidan.

Kemudian, Majelis Umum PBB memilih untuk menyatakan tindakan Rusia itu ilegal.

Beraama dengan mayoritas negara anggota PBB, Turki tidak mengakui Krimea sebagai wilayah Rusia.

Sejak Rusia menguasai Krimea, Tatar Krimea mengungkapkan banyaknya penahanan yang tidak dapat dibenarkan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Pada 18 sampai 20 Mei 1944, pimpinan rezim Soviet Josef Stalin mengumpulkan dan mendeportasi antara 190 ribu sampai 420 ribu orang Tatar Krimea dari tempat asalnya ke Asia Tengah yang jaraknya ribuan kilometer.

Selama era Perestroika, ketika Uni Soviet semakin terbuka, banyak Muslim Tatar Krimea mulai kembali ke Tanah Air mereka.

Pada 2014, ribuan Tatar Krimea harus kembali meninggalkan rumah mereka karena kukuh dalam mendukung kedaulatan Ukraina.

Banyak Muslim Tatar Krimea lainnya yang tetap tinggal menghadapi penganiayaan oleh pemerintah ilegal Rusia di Krimea. (mcr9/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : M. Adil Syarif
Reporter : Dea Hardianingsih

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler