Dulu Sering Diusir Satpam, Kini Raup Ratusan Juta Per Bulan

Senin, 25 April 2016 – 09:30 WIB
PERKUAT JARINGAN: Adi Rachman memperlihatkan proses meramu kebab. Kini, dalam sebulan, ribuan kotak terjual ke konsumen dan Adi siap memperkuat pasar offline. FOTO: FRIZAL/JAWA POS

jpnn.com - BUAT Adi Rachman, media sosial (medsos) bukan sekadar ajang kangen-kangenan dengan teman-teman lawasnya. Di tangannya, media sosial, menjadi salah satu alat untuk membantu bisnisnya hingga bisa menangguk omzet ratusan juta per bulan. Dia adalah pemilik Kebab Kebudd.

Adi memulai bisnis kebab pada 2012. Saat itu penjualan kebab menggunakan gerobak di food court hingga parkiran swalayan sedang tren. 

BACA JUGA: Inilah Andalan Wisata Kuliner Manado

Adi pun mencoba peruntungan dengan membuka gerai kebab di food court mal terkenal di Surabaya.

Adi membidik ibu-ibu atau karyawati yang sibuk sehingga tidak sempat masak. Ukuran jumbo kebab milik pesaingnya dianggap terlalu mengenyangkan bagi perempuan.

BACA JUGA: Ini Penyebab Utama Menguatnya Rupiah

Sayang, kebanyakan pengunjung mal itu adalah anak-anak SMA atau mahasiswa yang tidak sesuai target pasar kebabnya. Harga kebab Adi terbilang mahal bagi kantong anak SMA. Mereka lebih suka membeli kebab berukuran besar dengan harga lebih murah seperti yang dijajakan kompetitor.

Gerai Kebab Kebudd pun hanya mampu bertahan beberapa bulan.

BACA JUGA: Maut, Pendapatan PT Telkom Tembus Rp 102,47 Triliun

Adi lantas mencoba peruntungan di lokasi car free day (CFD). Di sana dia mengalami gesekan fisik dengan penjual lain. Lahan yang terbatas membuat pedagang berebut lokasi strategis. Jika datang agak kesiangan, tempat mangkalnya sudah diambil pedagang lain. 

“Kalau di jalan protokol diusir petugas,” kata pria kelahiran 23 Juli tersebut.

Tak patah arang, Adi berjualan dari satu perumahan ke perumahan lain. Lagi-lagi, dia berjumpa dengan pengusiran dari petugas satpam perumahan karena dianggap tak memiliki izin berjualan di kawasan perumahan. 

Pilihannya membuka gerai mandiri. Namun, pilihan itu buru-buru dicoret karena butuh modal besar. Adi pun putar otak.

Medsos menjadi jalan yang Adi tempuh. Selain aman dari pengusiran petugas satpam, promosi lewat media sosial lebih murah daripada berjualan keliling atau menyewa gerai di swalayan. Dia membuat situs promosi kebab dengan desain yang eye-catching.

Di medsos dia memposting foto-foto produk lengkap dengan desain kemasan menarik. Agar tidak terkesan hard selling, Adi menyelingi posting di medsos dengan edukasi nilai gizi makanan. 

Karena menyasar perempuan, Adi kerap mengunggah tips kecantikan hingga horoskop. Gayung bersambut, metode soft selling itu ,rupanya, ampuh. Produknya viral dan laku keras.

Sarjana Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut mengaku diuntungkan dengan sistem antar pesan produk yang empat tahun lalu sangat sulit. 

Maraknya layanan jasa antar makanan dan ojek online membuat pelanggan tak keberatan dibebani ongkos kirim.

Nilai gizi menjadi salah satu kekuatan Kebab Kebudd. Selain ukuran yang cukup mengenyangkan, kalorinya tak membuat perut gendut. Kebab Adi juga dilengkapi sayuran segar, daging, dan susu. Adi mengklaim, kebabnya mendukung program diet karena dibuat tanpa minyak dan mentega. 

’’Praktis juga untuk bekal ke kantor. Tinggal panaskan 10 menit di teflon atau oven,’’ terang bapak satu anak itu.

Diferensiasi menjadi salah satu keunggulan Kebudd. Berbeda dengan kebab Turki yang identik dengan daging, kebab yang dijual Adi memiliki isian yang lebih beragam. Selain berisi daging, Adi menjual kebab
berisi ayam teriyaki, daging ikan tuna, dan daging balado.

Untuk penggemar cemilan dingin, dia menawarkan kebab isi buah yang tahan lama bila disimpan di kulkas. Kondimennya adalah durian atau fruity milk yang berisi campuran stroberi, melon, anggur, peach, nata de coco, plus saus coklat.

Nama produk yang unik diciptakan agar nyantol di kepala pelanggan. Dia berharap nama unik kebabnya menjadi top-of-mind. Saat orang berpikir tentang kebab, Kebudd menjadi hal pertama yang terlintas di pikiran. ’Kebetulan saya memang suka ngebut kalau di tol. Selain itu, kebab kan termasuk makanan cepat saji,’’ terangnya.

Dalam sebulan, 3.500–5.000 kotak kebab berhasil dijual. Hal itu, hasil dari kerja keras dan ide uniknya.
Setelah punya branding yang cukup kuat di pasar online, Adi tetap menyimpan asa untuk melakukan perluasan pasar ke offline. 

Saat ini Adi memiliki 16 cabang di seluruh Indonesia. Namun, dia ingin merambah foodtruck hingga memiliki ruko khusus kebab. 

’’Cabang pertama akan kami buka di Jakarta karena selama ini penjualan terbanyak datang dari sana,’’ jelasnya. (rin/c5/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bulog Sudah Serap 497 Ribu Ton Beras Petani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler